Between Friend and Love~

Between Friend and Love

Author            : andri_gaemgyu

Cast                 : Yeon Yuri

Choi Minho

Lee Taemin

Jinki (numpang nama aja XD) *dtndang biasnya Onew*

Disclaimer       : I don’t own the chara, this is just a fanfiction! 😀


Ini adalah kisah nyata yang pernah dialami eonni aku. So, aku jadi kepikiran buat ni ff n kebetulan dia ngga keberatan tuh klo ceritanya dijadiin ff J semoga kalian suka ya.

++++

-Movie Box, 14 November 2010-

Aku berlari menuju Movie Box tempat temanku berulang tahun. Aku telat! Lagipula salah temanku yang mengadakan acara siang-siang seperti ini. siang hari kan waktunya untuk tidur siang.

“Yuri~ kau telat!” seru Eunji, sambil menarik tanganku masuk ke dalam movie box. Aku hanya meringis.”Mianhae, aku ketiduran…”

“Ne, gwenchana-yo…,” ucap Eunji, lalu mengajakku duduk di sampingnya.

Filmnya sudah mulai. Death Bell. Aku tidak suka film horror. Entah kenapa, aku sangat benci hingga tidak ada keinginan untuk menontonnya.

“Seandainya aku mengajak Taemin,” gumamku, lalu Eunji menoyor kepalaku.”Jangan mikirin Taemin deh. Anak kecil seperti dia mau kau bawa ke sini? Jangan,” ujarnya.

“Yak! Biarpun begitu, dia kan pacarku!” seruku, tak mau kalah.

“Tapi kau tidak benar-benar suka dia kan?” bisik Eunji.

“Aku suka!!” seruku, namun pandangan mataku tertuju pada seseorang. Minho. Aku menelan ludah.

“Kau menyukai Choi Minho kan?” tanya Eunji, lalu menyeringai.

“Ne! aku menyukainya, so what?

“Aniyo. Aku akan membantumu, if you want…,” gumam Eunji.

“Cheongmal?” tanyaku, tak percaya. Biasanya sahabatku yang satu ini (Eunji) sama sekali tidak peduli urusan cinta orang lain.

“Ne, apa sih yang tidak untuk sahabatku?” ujar Eunji lalu mengacak-acak rambutku.

“Gomawo, Eunji-ah!!”

++++

Lee Taemin… yap, itulah nama pacarku sekarang. Dia dua tahun lebih muda dariku. Lebih tepatnya, dia kelas 3 SMA, sedangkan aku kuliah, semester ketiga. Anaknya imut dan manis. Karena itulah aku ‘menyukainya’. Kalian tahu kan kalau sunbae pacaran dengan hoobae hanya sekedar mencari sensasi? Aku berpacaran dengannya, hanya karena ingin tahu, bagaimana rasanya berpacaran dengan hoobae. Kalian pasti berpikir aku ini yeoja nakal. Yah~ tidak mengapa jika itu tanggapan kalian.

Choi Minho… nama orang yang kusukai. Dia sangat pendiam dan tidak banyak bicara. Senyumnya yang khas membuatku tidak bosan melihatnya. Aku menyukainya, saat aku mulai iseng padanya. Di saat Eunji mengganggu Minho dan mengaku bahwa Minho dan dia berpacaran, aku pun tidak mau kalah dan langsung berkata bahwa aku menyukai Minho. Teman-teman sekelas maupun Minho tentu saja menganggap kami berdua hanya main-main, tetapi entah kenapa semakin lama aku semakin menyukai Minho. Aneh? Yah… sangat aneh.

Aku, Yeon Yuri… sedang bingung menentukan pilihanku. Aku ingin sekali bersama Minho, namun aku tidak tega memutuskan hubungan dengan Taemin. Aku harus memilih salah satu dari mereka, atau aku akan menghancurkan keduanya.

++++

-Pantai, 14 November 2010-

“Wah! Lautnya indah sekali~” seru Yoora sambil menatap laut yang berkilauan di terpa cahaya matahari. Memang indah, pikirku.

“Yak~ ayo kita jalan-jalan ke batu karang itu,” ajak Jinki, sambil menunjuk batu karang yang tinggi. Semua mengangguk, kecuali aku.

“Kalian saja deh~ aku capek,” ucapku, lalu duduk diatas pasir putih.

“Mmm~ aku akan menemani Yuri,” ucap Yoora, yang duduk di sampingku.

“Baiklah, kalian berdua tunggu disini ya~”

Aku menatap Eunji dan Minho yang sedang berjalan beriringan. Aku menyipitkan mataku, lalu memandang kearah laut.

“Kenapa aku jadi benar-benar menyukai Minho?” gumamku.

“Tidak masalah kau menyukainya, kami akan selalu mendukung kok~” sahut Yoora, lalu tersenyum padaku.

“Eh?” tanyaku, sambil mengangkat sebelah alisku.

“Lihat!” seru Yoora, sambil menunjuk kearah seseorang, Eunji, lalu Yoora melanjutkan,“Dia itu sedang membantumu, tahu.”

“Mwo?” tanyaku tak percaya.

“Yak~ Yuri-ah! Kau sedang di tunggu Minho!” seru Eunji sambil melambai-lambai gaje.

“Eh? Wae?” tanyaku, mulai waswas.

“Hehehe. Entahlah, kau tanya saja padanya sendiri,” jawab Eunji, lalu menunjuk kearah sebuah pohon besar, di bawahnya terdapat Minho yang sedang duduk menikmati angin yang berhembus. Aku menelan ludah.

“Yak~ tunggu apa lagi? Cepat pergi!” seru Eunji lalu mendorongku.

Aku terhuyung sedikit, tapi tidak menghentikan langkahku. Ketika sampai di depan tempat Minho duduk, aku terdiam. Minho segera bangun dari duduknya, dan bertanya dengan suara beratnya,”Ada apa, Yuri-ah? Kau… ingin berbicara denganku?”

“Ah~ mmm~ kupikir kaulah yang ingin berbicara…,” ucapku, sedikit gugup.

“Ayo kembali ke sana,” ajak Minho.

Kami berjalan beriringan. Tak banyak kata yang keluar dari mulut kami. Aku yang biasanya menjahilinya, menjadi gugup dan tidak banyak bicara. Minho sendiri adalah tipe pendiam, jadi dia tak akan banyak bicara.

“Hei! Ayo kufoto kalian berdua!” seru Eunji sambil mengeluarkan kamera digitalnya.

Tiba-tiba aura jahilku muncul lagi. Dengan segera kutarik tangan Minho dan berseru,”Cheese!!” Minho tidak memberontak, malah tersenyum. Aneh.

“Wow! Keren,” komentar Eunji saat melihat hasil fotografinya.

“Lihat, lihat!” seruku lalu mengambil kamera dari tangannya. Memang keren sih, terlihat seperti sepasang kekasih. Aku tersenyum sendiri melihat foto itu.

“Pulang yuk? Sebentar lagi jam malam di rumahku,” ucap Yoora. Yoora memang anak yang selalu disiplin waktu. Mungkin karena orang tuanya yang memang selalu disiplin -,-

“Oke, ayo pulang semua!”

++++

-keesokkan harinya, 15 November 2010-

“Selamat pagi, Yuri-ah,” sapa Minho, dengan senyum khasnya seperti biasa.

Aku langsung mengerjapkan mataku. Aku tidak mimpi kan? Tidak biasanya Minho menyapaku duluan~ aku berusaha kembali ke alam nyata, lalu membalas senyuman Minho.

“Yak~ selamat pagi, Minho!” balasku dengan semangat.

“Wow~ you are in high spirit now, aren’t you?” tanya Minho, lalu duduk di bangkunya, yang memang bersebelahan dengan bangkuku.

“Hehe, kau tahu saja~” jawabku, lalu tersenyum geje.

“Mmm~ Yuri-ah, ada yang ingin kusampaikan padamu, sepulang kuliah nanti. Kita bisa pulang bareng kan?” ujar Minho, sambil menatapku.

“Tentu saja! Aku juga tidak ada teman yang bisa diajak pulang bareng sepulang kuliah nanti,” jawabku, lalu tersenyum lebar.

-sepulang kuliah-

“Yuri-ah! Lama menunggu?” tanya Minho, yang masih terengah-engah karena berlari menghampiriku. Aku tersenyum, lalu menggeleng.”Tidak kok, aku baru saja keluar kelas. Hehe”

“Kita pulang?” tanyanya.

“Oke, ayo!”

Kami berdua berjalan beriringan. Ini yang kedua kalinya kami berjalan beriringan, namun kali ini aku berbicara banyak pada Minho. Dia tersenyum lebar menanggapi celotehanku. Baru kusadari juga, kalau rumah kami ternyata searah! Beruntung! Hehehe

“Yuri-ah…” panggil Minho, lalu menarik tanganku.

Aku segera berbalik, lalu memandang Minho dengan tatapan bertanya.

“Yuri-ah…,” Minho menatapku, lalu menunduk.”Yuri-ah… saranghae,” lanjutnya.

Aku menganga tidak percaya. Minho… Minho berkata ia mencintaiku?! Astaga… ini tidak main-main kan?!

“Kau serius, Minho?” tanyaku.

“Serius! Aku tidak main-main… aku benar-benar mencintaimu,” jawab Minho, blak-blakan.

“Minho… beri aku waktu… untuk berpikir, ya?” pintaku.

Tanpa di duga, Minho mengangguk.”Apapun kuberikan untukmu,” jawabnya, lalu tersenyum hangat.

++++

-di rumah, 15 November 2010-

Aku menimbang-nimbang ponselku. Aku harus memutuskan Taemin atau menolak Minho? Apa yang harus kulakukan?! Aku berpikir keras. Aku tidak mencintai Taemin, tapi menyukainya. Sedangkan Minho… aku benar-benar mencintainya. Apakah aku harus memutuskan Taemin? Ya, itulah yang harus kulakukan.

Aku ingin menelepon Taemin, namun aku tidak yakin dia akan mengangkat telepon itu. Karena biasanya dia hanya memedulikan temannya. Kami pacaran, namun dia jarang mengirimiku sms atau meneleponku, parah? Ya, parah sekali. Lalu tiga hari ini, dia sama sekali tidak pernah mengirimiku sms. Dia sama saja seperti menggantung hubungan kami.

Tapi, tekadku sudah bulat. Aku harus menelepon Taemin dan aku harus menjawab pernyataan cinta Minho. Aku segera menekan tombol-tombol ponselku, menelepon Taemin.

“Annyeong, noona! Tumben meneleponku!” serunya di seberang.

Aku terdiam, lalu menghela nafas panjang. Dasar anak-anak! Dia hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak memikirkan perasaanku.

“Kau kenapa, noona?”

“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Taem…” ucapku, lalu memelankan suaraku.

“Apa itu noona?” tanyanya.

“Kita… putus saja.”

“Eh?! Apa?”

“Kita PUTUS saja Taeminnie! Aku sudah muak berpacaran denganmu!” seruku, lalu menutup flip ponselku.

Terdengar suara pintu kamarku di ketuk oleh seseorang.

“Yuri~ ada seorang namja yang mencarimu, sayang!” ucap eomma dari luar kamar.

“Ne! Aku akan turun sekarang~” ucapku.

Kumohon… jangan Taemin! Tapi, namja itu tidak mungkin Taemin, karena Taemin tidak tahu rumahku. Dia memang tidak pernah main ke rumahku. Jadi, siapa namja itu ya?

“Nugu?” tanyaku pada eomma yang sedang memasak.

“Molla, yang jelas dia namja yang sangat tampan.”

Aku mengangkat bahuku, tanda ‘apa boleh buat?’, lalu segera berjalan menuju ruang tamu. Di sana, aku menemukan Minho.

“Minho?!” tanyaku tak percaya.

“Annyeong,” sapanya, lalu tersenyum.

“Ada apa?” tanyaku.

“Ngg~ aku hanya datang berkunjung. Tidak boleh?”

“Tidak seperti itu sih…,” jawabku, lalu tersenyum.”Oh ya…! Soal pernyataanmu…,” aku sengaja menggantungkan kalimatku agar ia penasaran.

“Kenapa dengan pernyataanku? Bagaimana jawabanmu?” tanyanya

“Kurasa… jawabannya tidak,” jawabku.

“Kau serius?” tanya Minho, wajahnya terlihat kecewa.

“Ya, tidak mampu menolak maksudnya,” jawabku lalu menyeringai jahil.

“Yak~ berhentilah mengerjaiku!” ujar Minho lalu menjentikkan jari telunjuknya yang panjang itu ke dahiku.

“Auw~ sakit!” ringisku.

“Biar saja, hukuman untukmu,” ucapnya, lalu tersenyum lebar.

++++

-sore hari, jam 05.40 p.m, 15 November 2010-

Aku menerima sms dari Taemin, isinya:

‘Noona, temui aku di taman biasa sekarang. Ada yang ingin kubicarakan.’

Aku menghela nafas, lalu mengambil jaketku. Aku berjalan cepat menuju taman yang hanya berjarak dua blok dari rumahku. Sesampainya di sana, Taemin sudah menungguku. Di bangku taman, tempat dimana kami biasa duduk.

“Noona,” panggilnya, ketika aku mendekati bangku taman itu.

“Taem… ada apa?” tanyaku, lemah.

“Aku cuma ingin tanya, apa maksud noona memutuskan hubungan denganku?” tanya Taemin, to the point.

Keringat dingin mulai mengucur dari tubuhku. Aku tidak bisa jujur padanya. Tidak mungkin aku jujur. Aku hanya makin melukai perasaannya.

“Aku… tidak mau menyukai orang yang hanya menggantung hubungan denganku,” jawabku sekedarnya. Aku berbicara sambil memandang sandalku, agar Taemin tidak melihat ekspresiku.

“Hanya karena itu?” tanyanya

“Ne,” jawabku singkat.

Tiba-tiba Taemin memelukku.”Kalau begitu izinkan aku mengulang semuanya dari awal, noona. Berikan aku kesempatan kedua. Kumohon…!”

Aku mendorongnya.”Mianhae…”

“Apa begitu berat memberiku kesempatan kedua, noona?” tanya Taemin, raut wajahnya berubah sedih.

“Sulit, Taem! Aku sudah begitu banyak bersabar, namun kau tidak bisa berubah!” seruku.

“Kali ini, aku akan berubah! Kumohon, noona!”

Taemin kembali memelukku, kali ini lebih erat.”Kumohon…” lirihnya.

Saat itu aku telah membuat kesalahan besar. Aku memberi Taemin kesempatan kedua, artinya aku telah mengkhianati Minho maupun Taemin.

++++

-Selasa, 16 November 2010-

“Kau harus memilih salah satu dari mereka, Yuri! Tidak mungkin mereka tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi! Cepat atau lambat, mereka berdua pasti akan tahu!” seru Eunji.

Aku membenamkan wajahku diantara tanganku.”Lalu aku harus bagaimana?” lirihku.

++++

-Sepulang kuliah, 16 November 2010-

“Chagiya, kau sudah makan siang?” tanya Minho, aku menggeleng.

“Kalau begitu, kkaja. Kita makan siang,” ajak Minho, sambil menyunggingkan senyum manis. Aku jadi merasa bersalah. Bersalah karena telah mempermainkan hati namja ini.

“Hei, Minho-ya… misalnya, jika aku… ‘berselingkuh’, bagaimana?” tanyaku.

“Mwo? Pertanyaan apa itu?” ujar Minho lalu tertawa.

“Minho~~”

“Ne~ aku akan menjawabnya,” ucap Minho lalu berbalik menghadapku.”Aku akan tetap mencintaimu, karena aku tidak mungkin membencimu.”

“Cheongmal?” tanyaku.

“Ne. Wae?” tanya Minho, menautkan alisnya.

“Animnida. Hanya bertanya,” jawabku, lalu tersenyum.

++++

-Taman bermain, Rabu, 17 November 2010-

“Selamat sore, noona-ku tercinta,” sapa Taemin dengan ceria.

Aku hanya tersenyum.

“Noona, kau ingin apa? Es krim?” tanya Taemin, lalu menunjuk salah satu stall.

Aku mengangguk.”Boleh. vanilla dengan choco chips.”

Hari ini Taemin mengajakku jalan-jalan. Sekarang, Taemin tidak lagi cuek padaku. Dia sangat perhatian. Namun, jika jalan-jalan denganku, satu kebiasaannya tidak pernah berubah. Dia akan selalu memberikan lollipop pada noona-noona yang dia temui -.-

“Ah~ namja itu imut sekali ya~ apa dia jalan-jalan dengan noonanya?”

“Yak~ aku tidak jalan-jalan dengan—“ aku memegang tangannya, membuatnya berhenti bicara.”Biarkan saja,” ucapku.

“Mwo? Tapi—“

“Noona bilang, biarkan saja. Lagipula, apa kau tidak mau memberi mereka lollipop? Mereka kan lebih tua darimu, Taem,” ujarku.

“Tapi, noona—“ aku mendorongnya menuju kumpulan yeoja itu.”Cepat!”

Kulihat Taemin memaksakan diri tersenyum saat di sapa yeoja-yeoja itu. Lalu dia membagikan lollipop yang bertuliskan ‘Lee Taemin’ pada yeoja-yeoja itu. Tentu saja mereka menerimanya dengan senang hati, namun aku sama sekali tidak merasakan kecemburuan. Malah aku merasa… senang? Taemin benar-benar kuanggap sebagai adik sendiri…

“Bagaimana?” tanyaku saat Taemin kembali.

“Mereka menjelek-jelekkan noona,” jawabnya, raut wajahnya terlihat kesal.

“Hehehe, biarkan saja mereka, mereka kan menjelek-jelekkan noonamu, bukan yeojamu,” ujarku, lalu tersenyum lebar.

“Noona adalah yeojaku,” Taemin bersikeras.

“Oke, oke…” kataku, lalu mengacak rambutnya.

“Noona, mau mampir ke rumahku tidak? Ada seseorang yang ingin kukenalkan,” ucap Taemin, sambil tersenyum lebar.

“Nugu? Yeoja baru?” tanyaku, tersenyum jahil.

“Andwae! Aku cuma punya satu yeoja, yaitu noona.”

“Iya deh, iya. Lalu siapa?” ujarku.

Taemin tersenyum penuh rahasia.”Sepupu jauhku, kekeke~ sesudah kau melihatnya, kau harus memberikan penilaian, noona.”

“Eh? Penilaian?” tanyaku bingung.

“Begini, kau berikan penilaian… yang mana yang lebih tampan, aku atau hyungku itu,” jelas Taemin.

“Ahhh~ arasseo,” ucapku, lalu mengangguk-angguk.

“Kurasa… dia kuliah di universitas yang sama denganmu,” gumam Taemin,”dia pindah ke rumahku, karena eomma yang menyuruhnya. Katanya sih, agar aku tidak kesepian. Hhehe.”

“Wah~ benar juga, jadi kau tidak perlu sendiri lagi dirumah,” komentarku, lalu tersenyum.

Taemin memang selalu sendirian di rumah. Kedua orang tuanya bekerja di luar kota, kadang-kadang kembali, sedangkan Taemin adalah anak tunggal, jadi dia harus tinggal sendirian di rumahnya itu. Dia memang tidak pernah bilang dirinya kesepian, tapi seorang diri di rumah tanpa ada yang menemani, siapa yang tidak kesepian jika seperti itu?

“Kkaja, kita ke rumahku.”

++++

-Rumah Taemin, 17 November 2010-

“Annyeong~” Taemin berseru sambil melepas sepatunya di depan pintu.

“Sudah pulang, Taem? Oh~ kau bawa seseorang ya?” ujar seseorang.

Aku berbalik dan langsung membungkuk.”Annyeong haseyo…” ucapku.

“Yuri?” tanya namja itu. Aku langsung berdiri tegak.

“EH? MINHO?” tanyaku kaget.

“Eh… ah~ kalian sudah kenal?”

“Ne, Yuri adalah yeoja yang kuceritakan itu, Taem,” jawab Minho dengan senyumnya yang khas. Aku menggigit bibir.

“Eh? Jadi…” Taemin menatapku,”Yuri noona adalah yeojachingumu, hyung?” tanyanya.

“Ne, oh ya… kenapa kau bisa bersama Yuri, Taem?” tanya Minho.

“Ah~ aku bertemu di jalan, lalu mengajaknya ke rumah,” jawab Taemin.

Dia tidak mengatakan yang sebenarnya… aku menggigit bibirku makin keras, agar aku tidak terisak. Aku menyakiti hati Taemin, untuk kedua kalinya.

“Oh… baiklah, masuklah Taem, lalu ganti bajumu. Chagiya, ayo masuk. Kita makan malam bersama,” ucap Minho, lalu menepuk pundak Taemin.

“Ne, gomawo…,” kataku, pelan.

++++

Setelah makan malam, Taemin berkata kalau dia ingin keluar rumah. Tidak ingin mengganggu hyung dan noona yang sedang pacaran, katanya.

“Taem~ hati-hati ya,” ucap Minho.

“Ne! arasseo~ aku kan bukan anak kecil lagi,” sahut Taemin.

“Kira-kira dia kenapa ya?” gumam Minho.

Aku menatap Minho dengan tatapan bertanya.”Apa maksudmu, chagiya?” tanyaku, bingung.

“Yah~ Taemin suka keluar malam-malam, jika dia sedang banyak masalah.”

“Oh~ kira-kira dia kemana ya?” tanyaku.

“Taman bermain yang berjarak empat blok dari sini. Taman di dekat rumahmu itu,” jawab Minho, lalu tersenyum.“Kau mengkhawatirkannya?” lanjutnya.

“Yah… sedikit,” jawabku.

“Minho… biarkan aku mengejar Taemin,” ucapku dengan nada memohon.

“Ne…” jawab Minho.

Aku segera keluar dari rumah dan berlari mengejar Taemin. Aku menemukannya di taman, sedang menatap langit.

“Taem…,” panggilku. Dia tetap bergeming.

“Taeminnie…,” panggilku lagi. Air mata mulai membasahi pipiku.

“Taemin, kumohon…,” ucapku lalu menangis di depannya.

“Noona, chukkae…” ucap Taemin, lalu menatapku. Sinar matanya sedikit meredup, namun ia tersenyum.

“Wah~ noona memang cocok sekali dengan Minho hyung. Aku tidak menyangka ternyata sainganku berat sekali,” dia menghela nafas.”Tapi… aku senang bisa lebih dulu mencintai noona.”

“Taem… mianhae…,” ucapku, lalu memeluknya.

“Ne, gwenchanayo~” jawabnya, lalu balas memelukku.

“Noona, anggaplah diantara kita tidak pernah terjadi apa-apa. Lupakanlah aku,” lirih Taemin.

“Tapi—“

“Noona mencintai Minho hyung kan?” tanya Taemin.

Aku terdiam. Aku tidak mau menjawab pertanyaan itu, karena sudah pasti jawabanku akan tambah melukainya.

“Diam berarti iya,” ucap Taemin, lalu dia tersenyum.”Lupakanlah aku, noona. Aku hanyalah dongsaeng di matamu, aku tahu itu.”

“Mianhae…”

“Ne, ne, ne… gwenchana. Sekarang, ayo kembali ke rumah,” ujar Taemin, lalu menggandeng tanganku.

++++

-Keesokan harinya-

“Jadi, kau putus dengan Taemin tanpa kata putus sama sekali?” tanya Eunji.

“Ne, aku jadi merasa sangat bersalah.”

“Huft~ syukurlah ia bisa mengerti,” ucap Eunji, lalu tersenyum menyemangatiku.

“Yah~ setidaknya ini pelajaran untukku,” gumamku,”tidak boleh berselingkuh.”

“Hahaha~ benar sekali. Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Minho?”

“Baik sekali. Taemin berjanji tidak akan memberitahu hubungan kami pada hyungnya,” jawabku.

“Whew~ kau hebat ya? Bisa di sukai oleh Minho dan Taemin, apalagi mereka bersaudara. Kau beruntung sekali, Yuri~”

“Hehehe, yah~ kurasa. I’m a lucky girl in the world,” kataku, lalu aku dan Eunji tertawa bersama.

Fin~~

Bagaimana cerita ini? baguskah? Atau sebaliknya? Hehe~ ini dibuat bener-bener berdasarkan pengalaman eonni-ku, Cuma harinya aja yang kupersingkat. Kekeke~ kalo dituruti sesuai dg jalan ceritanya eonni-ku, bakalan jadi continue deh ni ff. wkwkwks~ anyway, di comment ya~ aku kan ngga akan tahu ni true story bagus ato ngga~ jadi, kalian para readers, mohon komennya ya~

Gamsahamnida~ ^^

12 tanggapan untuk “Between Friend and Love~”

  1. waoh~~
    kisah cinta yang rumit
    tpi menyenangkn~
    wkwkwkwk,,

    untg aj taemin pengertian,,
    klo gk,,mgkn eonnimu pasti pusing 7 keliling

Tinggalkan Balasan ke SherLyditasari Batalkan balasan