The Newest Girlband (News 8) Heemi’s Story

News 0 (Character) ¦ New 1 ¦ News 2 ¦ News3 ¦ News 4 ¦ News 5 (Namja POV) ¦ News 6 (Hyewon’s Story) ¦ News 7 (Jihae’s Story)

AUHTOR : Yuyu a.k.a Youn Ji

Cast :

  • The Rest of Super Junior member
  • The Rest of SHINee member
  • The Rest of Bigbang member
  • The Rest of SNSD member
  • So Hye Won (H:ART)
  • Lee Ji Hae (H:ART) a.k.a Kwon Ji yon
  • Kim Hee Mi (H:ART)
  • Berli (H:ART)
  • Lee Hyun Mei (H:ART)
  • Lee Hyun Min (Solo Singer)

“Apa kita sudah kenal sebelumnya?” tanya Heemi karena penasaran.

Kibum berhenti menjilati es krimnya dan menatap Heemi. Sorot kesedihan terpancar jelas dari matanya ketika mendengar Heemi bertanya seperti itu. Heemi benar-benar sudah melupakannya. Tapi Kibum memang seharusnya mengerti, bukan keinginan Heemi sendiri untuk melupakannya, melupakan janji mereka.

“kau benar-benar ingin tau?” tanya Kibum setelah ia berhasil menenangkan dirinya sendiri. Heemi mengangguk dengan cepat.

“ne, kita sudah kenal sebelumnya. Lama sekali, ketika kau masih kecil dan aku belum pindah ke California.” Jawabnya, lalu berhenti untuk melihat reaksi Heemi yang terlihat bingung.

“orangtuamu sudah meninggalkan? Kau tau kenapa? Pembunuhan.” Lanjut Kibum pelan. Lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan kalimat terakhir, tapi itulah kenyataannya. Cepat atau lambat, Heemi harus mengetahuinya.

Kalimat terakhir itu sendiri memberikan dampak yang cukup besar bagi Heemi. Kelabat bayangan gelap kembali menghantuinya, menyerang kepalanya dan sangat menyakitkan. Kibum buru-buru berdiri dan menghampiri Heemi, menanyakan keadaannya.

“antarkan aku pulang.” Bisik Heemi lirih.

***

Heemi dan Kibum berdiri disudut ruangan. Semua orang tampak bahagia, apalagi sang pemilik pesta, SHINee. Tapi sayangnya Heemi dan Kibum tidak bisa ikut merayakan kebahagian yang dirasakan sunbae dan hoobae mereka atas suksesnya konser perdana SHINee karena mereka terlibat perdebatan kecil.

“aku tau ini akan sangat menyakitkan, tapi kau harus mendengarnya, kau harus tau apa yang sesungguhnya terjadi, Heemi-ya.” Bujuk Kibum. Heemi menggelengkan kepalanya berkali-kali—bersikeras dengan keinginannya. Ia tidak ingin tau apa yang terjadi pada orangtuanya dulu. Baginya semua sudah berlalu dan dia tidak ingin mengingat masa lalunya hanya untuk membuka luka dihatinya.

“kau tidak mengerti, Kibum. Aku takut dengan masa lalu itu, dan aku memilih untuk tidak mengingatnya lagi! Aku tidak perlu semua kenangan masa lalu itu kalau aku harus kembali terluka dan mengingat bagaimana kedua orangtuaku dibunuh dengan sadisnya.” Tolak Heemi dengan tegas. Kibum ternganga, tidak percaya apa yang baru saja ia dengan keluar dari mulut Heemi.

“kau bilang… kau tidak perlu semua kenangan masa lalumu? Tapi taukah kau betapa itu sangat berarti bagiku?” Kibum terluka. Ia pernah berada di masa lalu Heemi, melalui hari-hari yang menyenangkan bersama. Tapi Heemi justru tidak mengingatnya—dan tidak ingin mengingatnya. Janji-janji yang mereka miliki, tidak akan bisa tercapai jika hanya ia seorang yang mengingatnya.

“Kibum-ah, aku—“ Heemi bisa melihat pancaran kesedihan dari sorot mata Kibum yang terlihat sendu. Heemi tidak bisa melanjutkan kata-katanya, terlalu bingung dengan apa yang harus ia katakan.

“lupakanlah. Maaf karena aku sudah memaksamu untuk mengingat sesuatu yang tidak ingin kau ingat.” Kibum mencoba meredam luapan emosinya. Setidaknya ia tidak ingin tampak lemah dihadapan orang yang sangat dicintainya.

“oppa, kenapa kalian menyendiri saja? Ikutlah bergabung dengan kami.” Seohyun  muncul tiba-tiba dan langsung menarik lengan Kibum. Kibum tidak menolak, ia hanya diam dan mengikuti Seohyun—bahkan tanpa berkata apapun lagi pada Heemi.

***

“Heemi-ya, gwaenchana? Kau terlihat lemas sekali.” Berli menghampiri Heemi yang duduk bersandar di cermin sambil memeluk lututnya. Heemi tersenyum kecil—menandakan ia baik-baik saja.

Hari ini H:ART latihan dance lebih lama dari biasanya setelah melakukan latihan vokal. Minggu depan, mereka akan ikut mengisi acara di Melon Music Festival dan akan menampilkan koreografi terbaru untuk lagu mereka. Setelah latihan satu jam nonstop, Hyewon mengistirahatkan para membernya untuk sekedar menghirup udara sementara ia sendiri menghambur ke ruang latihan SHINee untuk menemui Onew.

Berli menghempaskan tubuhnya dan duduk di sebelah Heemi, sementara Jihae turun ke cafetaria untuk membelikan mereka minuman dan Hyunmei duduk menyandar di samping pintu dengan kaki yang diselonjorkan dan headset terpasang rapat ditelinganya sambil memejamkan mata, mencoba untuk tidur beberapa menit.

“waaah, kalian masih latihan?” tanya Leeteuk yang kebetulan melewati ruang latihan H:ART dan mengintip dari balik celah pintu yang terbuka cukup lebar. Berli dan Heemi membungkuk memberikan hormat pada sunbae mereka, sementara Hyunmei sepertinya sudah mulai tidak sadarkan diri dan tidak mendengar kedatangan sunbaenya.

Leeteuk masuk ke dalam, diikuti oleh Donghae, Kibum, Eunhyuk, Kyuhyun dan Sungmin. Pandangan Kibum dan Heemi bertemu, tapi dengan cuek Kibum memandang ke arah lain.

Sementara Leeteuk dan Sungmin asyik bercerita dengan Berli, dua orang namja lainnya—Donghae dan Kibum—terlihat canggung dan memilih untuk duduk disebelah Hyunmei.

Kyuhyun melihat Hyunmei yang tertidur dan niat isengnya muncul begitu saja.

Heemi dan Berli asyik bercerita dan menerima saran dari sunbae mereka, tapi sesekali Heemi akan memalingkan wajahnya untuk melihat ke arah Kibum—meski Kibum sama sekali tidak menoleh dan menatapnya.

Kibum dan Donghae tengah asyik memperhatikan Kyuhyun yang sedang mengerjai Hyunmei. Sesekali Kibum tersenyum melihat tingkah teman satu groupnya dan itu tidak luput dari pandangan Heemi.

Heemi menundukkan wajahnya, sedikit menyesali perdebatan yang mereka miliki beberapa waktu lalu. Ia ingin Kibum tersenyum padanya, bukan justru bersikap dingin dan cuek seperti ini.

Hp Kibum berdering, seseorang menelponnya. Setelah mengangkat telpon dan berbincang sebentar, Kibum menyimpan kembali hp nya ke dalam saku celana dan berdiri sambil menepuk-nepuk debu yang menempel.
”Leeteuk hyung, aku harus menemui Seohyun sekarang. Tidak perlu menungguku, aku akan pulang ke dorm agak telat.” Kibum berpamitan pada Leeteuk yang disambut dengan anggukkan dari sang leader.

Pendengaran Heemi menajam begitu mendengar nama Seohyun disebut. Sama seperti malam itu, bayangan yang terbentuk dalam benaknya tentang Kibum dan Seohyun membuatnya kesal.

Kibum berjalan dengan langkah lebar-lebar. Ia ingin segera sampai di ruang latihan SNSD yang berada satu lantai dibawah ruangan H:ART.

Seorang staf MuBank menelponnya tadi, mengatakan bahwa ia melihat Seohyun berjalan bersama Heemi ke gudang peralatan. Meski tidak ada saksi mata yang melihat bahwa Seohyun mengunci Heemi, setidaknya hanya ada seorang tersangka saat ini.

Seluruh member SNSD sedang latihan dance ketika Kibum menyeruak masuk. Sunny yang pertama kali menoleh dan menyapa Kibum yang sibuk menyapukan pandangannya untuk mencari Seohyun.

“Seohyun-ah, bisa kita bicara sebentar?” tanya Kibum begitu melihat Seohyun. Seohyun mengerutkan keningnya, tapi tetap mengikuti Kibum keluar ruangan sambil mengambil handuk kecil untuk menyeka keringatnya.

“oppa, waeyo?”

“orang yang mengunci Heemi saat MuBank, apakah itu kau?” tanya Kibum tanpa basa-basi. Seohyun membelalak tidak percaya dengan apa yang ditanyakan oleh Kibum.

“naega?” Seohyun terdiam sesaat, menghembuskan nafasnya dengan berat, “untuk apa aku mengunci Heemi? Apa untungnya untukku?” Seohyun balik bertanya.

“karena itulah aku bertanya padamu.”
”bukan. Bukan aku yang melakukannya.” Jawab Seohyun dengan tegas dan menatap Kibum lekat-lekat.

“jadi, siapa? Kalau bukan kau, siapa orang yang menguncinya?”

Seohyun mengasah otaknya, kembali mengingat kejadian waktu itu. Tapi tidak ada yang sanggup ia ucapkan.

“yaaaaaa, Kibum-ah, apa kau tidak merasa kau sangat keterlaluan? Demi seorang penyanyi baru, kau bahkan tidak lagi mempercayai kami yang sudah lebih lama bersamamu?” Sooyoung muncul dari balik pintu dan berdiri disamping Seohyun.

Kibum menatap Sooyoung dengan ekspresi datar.

“aku sudah mengenalnya bahkan lebih lama dari aku mengenal kalian. Dan kejadian di MuBank itu sudah berlalu—aku juga tidak ingin membahasnya lagi. Aku hanya ingin memberikan peringatan pada siapapun yang berani melakukan hal semacam itu lagi atau bahkan melukainya, maka aku tidak akan pernah memaafkan orang itu.” Tegas Kibum. Kibum menatap Seohyun terakhir kalinya sebelum akhirnya ia beranjak pergi, meninggalkan kedua orang yeoja itu.

“mwo?? Apa bagusnya seorang Heemi?” cibir Sooyoung setelah Kibum menghilang dibalik koridor.

“eonni, jangan membuat masalah lagi.” Desah Seohyun yang berjalan kembali ke ruang latihan mereka.

***

“Heemi-ya, kau dan Kibum-ssi, apa hubungan kalian?” tanya Berli yang sangat penasaran. Heemi bergeming, matanya masih terus menatap langit-langit kamar yang gelap karena tidak ada cahaya lampu.

“yaaa, Heemi-ya! Kau melamun lagi!” omel Berli sambil menguncang Heemi untuk mengembalikan kesadarannya.

“ne?”

“aissh, sudahlah, lupakan saja.” Gerutu Berli sambil beranjak ke tempat tidurnya.

Malam ini—lagi-lagi—Heemi tidak bisa tidur dengan tenang. Ia bermimpi buruk—pembantaian. Mimpi-mimpi itu semakin memburuk sejak ia terkunci di gudang MuBank dan sejak Kibum menjadi sangat dingin padanya.

Heemi membuka matanya, membelalak ngeri dan mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan. Ia berada dikamarnya di dorm H:ART, bukan disebuah ruang tamu rumah yang tidak dikenalnya. Tidak ada psycho itu, tidak ada pisau berlumuran darah dan tidak ada orang-orang yang tergelatakan didepannya dengan leher yang nyaris putus.

Wajah Heemi dipenuhi keringat yang membanjirinya karena rasa ngeri. Heemi turun dari tempat tidurnya dan beranjak ke dapur untuk mengambil segelas air dingin dan berharap ia bisa tidur nyenyak setelahnya.

Begitu membuka pintu, dilihatnya Jihae membawa beberapa paperbag dan meletakkannya di meja sementara Hyewon beranjak masuk sambil melepaskan sepatunya.

“eonni baru pulang?” tanya Heemi pada Hyewon. Hyewon mendongak untuk melihat Heemi yang penuh keringat.

“ne, kau kenapa? Berkeringat sampai seperti itu?” tanya Hyewon penuh perhatian dan menghampiri Heemi.

“mimpi buruk eon.” Jawab Heemi singkat. Meski masih mengkhawatirkannya, tapi Hyewon mencoba untuk tidak terlalu membuat Heemi semakin gelisah dan mengingat mimpi buruknya.

Heemi memandangani Hyewon dengan tidak percaya. Baru beberapa waktu yang lalu Hyewon mempunyai segudang masalah dibenaknya. Hubungannya dengan Onew bisa dibilang rusak parah, tapi sekarang, disinilah ia berdiri, dengan wajah berseri-seri sehabis kencan dengan Onew.

Masalah datang silih berganti dalam kehidupan setiap orang dan Hyewon telah berhasil melalui salah satu masalahnya. Sekarang giliran Heemi yang juga mengalami masalah, apakah ia sanggup melewatinya?

Beginikah perasaan Hyewon waktu itu? Ia dikelilingi oleh orang-orang yang sangat mencintainya dan juga dicintainya, tapi perasaan tidak berdaya itu tetap ada. Tidak berdaya untuk menghadapi segala masalahnya dan berharap ia menemukan sebuah lubang untuk bersembunyi.

Heemi melirik Jihae yang juga terlihat sangat pendiam dari biasanya, masalah dengan Seungri, batin Heemi.

“hmm? Cincin baru ya eon? Cincinnya bagus.” Sahut Heemi begitu melihat Jihae menatap sebuah cincin ditelapak tangannya. Jihae hanya tersenyum kecil.

***

“hyung, kau ikut We Got Married?” tanya Kibum tidak percaya setelah melihat postingan terbaru di internet. Donghae menghambur ke tempat Kibum dan ikut membaca postingan itu.

“mwo? Aku sama sekali tidak mendaftarkan diri.” Jawab Donghae kebingungan. Dibelakang mereka, terdengar suara tawa yang membuat kedua namja itu menoleh ke belakang dan Eunhyuk sedang mencoba menahan tawanya. Donghae mendekati Eunhyuk dan memukulnya pelan.

“jangan katakan kalau kau yang melakukannya?” tanya Donghae tidak percaya.

“tentu saja aku, siapa lagi yang akan berbuat sebaik itu padamu? Memangnya kau pikir wawancara beberapa hari yang lalu itu apa? Tentu saja salah satu seleksi WGM.” Eunhyuk dengan bangganya menjelaskan pada Donghae.

Dan, tidak diragukan lagi, terjadi cek-cok mulut antara Donghae dan Eunhyuk yang berbuat seenaknya saja.

Kibum menggeleng melihat kelakuan kedua orang itu dan memutuskan untuk keluar dorm sebentar—mencari angin segar.

Pikiran Kibum langsung melayang ke tempat Heemi begitu ia berjalan sendirian di tengah jalan raya lengkap dengan penyamarannya. Meski percakapan terakhir mereka sudah berlangsung sekitar dua minggu lebih, Kibum masih belum ingin berbicara lagi dengan Heemi.

Egonya mendominasi sebagian besar pikirannya. Jika ia berada diposisi Heemi pun, ia mungkin tidak ingin mengingat lagi kejadian mengerikan itu. Bukankah bagus kalau kita bisa melupakan rasa ngeri ketika itu?

Tapi dilain pihak, ia tidak bisa terima Heemi melupakannya begitu saja. Tidak ada sedikitpun hal yang Heemi ingat tentang dirinya padahal janji yang mereka buat dulu selalu menghantui Kibum—dalam arti yang baik.

Ia bekerja sangat keras hanya untuk mewujudkan janji itu. Tapi sekarang Heemi justru tidak mengingatnya, Heemi tidak menginginkannya lagi. Tidak kenangannya, tidak juga janjinya ataupun Kibum sendiri.

Kepulan asap tipis keluar dari sela-sela bibirnya. Cuaca yang dingin ini tidak seberapa dibandingkan dengan rasa kecewa dan sakit hatinya saat ini.

Inilah dia, Kim Kibum, seseorang yang tidak bisa berpura-pura melakukan sesuatu hanya untuk menyenangkan pihak lain.

Diujung jalan, sebuah tempat ramai dikerumuni oleh orang-orang. Awalnya Kibum berpikir bahwa orang-orang tersebut sedang berebut masuk ke dalam café, tapi sudut matanya menangkap sosok yeoja mungil berambut hitam kelam dipusat kerumunan itu.

Kibum mengendap-endap mendekat, berharap tidak ada seorang pun yang memperhatikannya dan sadar bahwa ia adalah membe Superjunior.

Benar saja, Heemi lah yang menjadi pusat perhatian, tanpa penyamaran sama sekali, tidak aneh jika semua orang mengerumuninya.

Masihkah Kibum marah pada Heemi? Tentu saja, tapi ia juga tidak ingin yeoja itu mati konyol hanya karena dikerumuni sejumlah fans ditengah jalan seperti ini. Kibum menarik tangan Heemi dan membawanya berlari secepat mungkin. Butuh waktu beberapa detik hingga kerumunan itu sadar ada seseorang yang menarik Heemi pergi dan mulail mengejar mereka berdua.

Kibum dan Heemi berlari—tanpa Heemi ketahui siapa orang yang menariknya—tanpa henti, karena mereka tau sekali mereka berhenti mereka akan kembali dikerumuni.

Kibum berlari dengan kencang dan berbelok disetiap belokan tanpa tau arah tujuan mereka. Suara derap langkah dibelakang mereka semakin berkurang, bahkan menghilang—tidak terdengar lagi.

Nafas mereka berdua masih terengah-engah. Kibum menyapukan pandangannya ke sekeliling tempat mereka berada sekarang sementara Heemi mencoba melihat siapa orang yang menariknya itu.

“sepertinya kita akan ama di sini, tempat ini sepi.” Sahut Kibum dan menghadap Heemi. Heemi terlonjak pelan begitu melihat Kibum berada di depannya. Kibum balas menatap dan kembali teringat pada perdebatan mereka, juga emosinya yang masih belum mereda.

“apa yang sedang kau lakukan di tengah kota tanpa penyamaran seperti itu?” Kibum mengusahakan suaranya terdengar datar, tapi Heemi masih menangkap nada ketus dalam suaranya yang semakin membuat Heemi tidak tau harus menjawab apa.

“aku hanya sedang berjalan-jalan dan tidak sadar kalau semua orang sudah mengerumuniku.” Heemi tertunduk, tidak berani menatap wajah Kibum.

Kibum memperhatikan pakaian Heemi, tipis dan tanpa jaket. Kibum mendesah pelan dan melepaskan jaketnya, lalu merapatkannya ke tubuh Heemi.

“pakailah, jangan sampai kau kedinginan. Sebaiknya kita pulang sekarang. Kau juga ada jadwalkan?” Kibum berdiri dan menjulurkan tangannya untuk membantu Heemi berdiri. Heemi menerima uluran tangan itu, merasakan kehangatan menyebar di seluruh tubuhnya yang hampir membeku karena cuaca dingin.

“ouch!” Heemi meringis pelan dan kembali terduduk sambil menyentuh pergelangan kakinya. Rasa nyeri menjalar menggantikan kehangatan yang tadi diberikan oleh Kibum.

Dengan panik Kibum berjongkok dihadapan Heemi dan memijat pelan pergelangan kakinya.

“sepertinya terkilir sewaktu berlari tadi.” Jelas Heemi masih sambil menunduk. Ia tau namja dihadapannya itu pasti akan meledak sekarang karena ia sudah membuatnya marah tempo hari dan sekarang ia menjerumuskan namja itu ke dalam kesulitan atas kecerobohannya sendiri. Heemi menutup rapat ke dua matanya, bersiap menerima omelan dari Kibum, tapi yang didengarnya justru suara tawa. Heemi membuka matanya perlahan-lahan satu persatu dan mengintip. Kibum tertawa, tidak hanya tersenyum—tapi tertawa.

“dasar ceroboh, kau sama sekali tidak berubah, Heemi-ya.” Kata-kata lembut Kibum memberikan semburat merah diwajahnya.

“kau… tidak marah lagi?” tanya Heemi. Tawa Kibum mereda, pertanyaan Heemi kembali menimbulkan rasa sakit di hatinya. Kibum berbalik memunggungi Heemi.

“naiklah, kuantar kau pulang.” Tawar Kibum.

“eh?”

Kibum menarik tangan Heemi dan mengalungkannya di leher putihnya, membiarkan Heemi bersandar dipunggungnya sementara kedua tangan Kibum melingkar di kaki Heemi sebagai tumpuan.

Kibum menggendong Heemi sepanjang perjalanan, dan anehnya kali ini tidak ada seorang pun yang menyadari kehadiran mereka.

Kibum berhenti di depan pintu dorm H:ART dan menurunkan Heemi perlahan-lahan.

“gomawo…”

Kibum tidak merespon, ia sibuk memfokuskan diri pada Heemi.

“andai saja kau ingat pada masa lalu kita, pasti akan sangat menyenangkan.” Kibum tersenyum lirih lalu pamit pada Heemi.

Bukan. Bukan kenangan mereka yang membuat Kibum sedih. Janji itu pun, bisa saja Kibum katakan lagi pada Heemi sekarang, tapi bagaimana dengan perasaan Heemi?

Heemi yang sekarang sudah melupakan Heemi yang dulu, perasaan Heemi yang dulu yang hanya menyukai Kibum.

Kibum tidak berani menanyakannya pada Heemi. Ia takut bahwa mimpi buruknya menjadi kenyataan, ia takut bahwa pada akhirnya Heemi tidak hanya melupakannya, mengingkari janji mereka tapi juga sudah membuang Kibum dari hatinya sendiri.

Tetes demi tetes mengalir dari pelupuk matanya begitu saja tanpa ia sadari hanya karena membayangkan hal itu.

***

Sooyoung berdiri dihadapan Kibum dengan wajah berlinang airmata, padahal SNSD belum tampil. Mereka berdua berada di ruang rias Melon Music Festival, terisolasi dengan dunia mereka sendiri sementara Sooyoung tidak henti-hentinya menangis, menarik perhatian beberapa artis lain. Tapi Kibum tidak peduli, ia berlari keluar, menyusuri koridor demi koridor hingga akhirnya menemukan Seohyun.

“o—oppa?” tanya Seohyun kebingungan melihat Kibum penuh dengan keringat.

“tentang kejadian MuBank waktu itu. Aku sudah tau semuanya, Sooyoung menceritakannya padaku…” tatapan Kibum terlihat sedikit kosong. Tubuh Seohyun bergetar pelan dan ia mulai terisak.

“mi—mianhae oppa, jeongmal mianhae…” Seohyun meletakkan kedua tangannya di wajahnya, berusaha menutupi wajahnya sendiri.

***

“satu lagi pertunjukkan kita yang sukses!” teriak Hyunmei dengan gembira begitu mereka turun dari panggung Melon Music Festival. Onew menyaksikan penamilan H:ART dari belakang panggung dan langsung menarik tangan Hyewon dan memeluknya—keadaan yang gelap sedikit banyak membantu mereka agar tidak terlihat oleh penonton ataupun para staf serta penyanyi lain yang juga berkerumun di belakang panggung.

Member H:ART hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua leader yang sedang jatuh cinta dan memilih untuk meninggalkan mereka berduaan saja.

“ah, tas ku sepertinya tertinggal di ruang rias, kalian duluan saja. Aku akan segera menyusul.” Pinta Jihae dengan cepat lalu berlari kecil ke ruang rias.

Heemi asyik terhanyut dalam lamunannya sendiri sementara Hyunmei dan Berli sedang bercerita tentang sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh Heemi. Semakin ia pikirkan ia semakin merasa bersalah.

Meski ia tidak tau apa yang membuat Kibum begitu kecewa dan sedih atas perdebatan—yang memang sudah terjadi cukup lama dan mereka masih saja belum menyelesaikannya sampai saat ini—ia seharusnya meminta maaf pada Kibum, dan ia belum melakukannya sampai detik ini.

“aku juga akan segera kembali.” Heemi menepuk pundak Berli lalu berbalik masuk kembali. Heemi berjalan dengan langkah lebar-lebar, ingin segera menemui Kibum dan meringankan perasaan bersalah yang ia rasakan.

Ia berhenti melangkah ketika dilihatnya sepasang manusia sedang berpelukan dihadapannya.

“Mi—mianhae, mianhae, oppa.” Seohyun membenamkan wajahnya pada Kibum yang merangkul Seohyun dengan erat.

“gweanchana. Uljima, jebal. Aku tidak menyalahkanmu, sungguh, Seohyun.” Bujuk Kibum. Ia tidak tega melihat yeoja yang ada dihadapannya terus menangis seperti itu.

Perasaan sesak membuncah di dada Heemi begitu melihat adegan itu. Kedua bibirnya ternganga sambil menghirup udara masuk dan keluar karena ia tak lagi bisa bernafas normal.

Kibum menoleh ke samping dan membelalak begitu melihat Heemi tengah berdiri di sana dan menatapnya. Kibum melepaskan pelukannya dari Seohyun, membiarkan Seohyun ikut melihat apa yang dilihatnya.

“Heemi-ssi?” tanya Seohyun tidak percaya.

Heemi tidak menjawab, karena ia memang tidak ingin menjawab. Heemi berlari tanpa ia sadari, ia berlari menjauh dari Kibum dan adegan yang baru saja ia lihat.

Kibum mengejar Heemi dengan cepat dan menarik tangan Heemi, menyebabkan yeoja itu tidak hanya terhenti tapi berputar dan menabrak tubuh kokoh Kibum.

“le.. lepaskan aku…” bisik Heemi parau.

“jangan salah paham, jebal.” Kibum mendekap Heemi dengan erat dan tidak membiarkan Heemi lepas dari dekapannya meski Heemi terus meronta.

“dengarkan aku, please. Aku hanya merasa bersalah pada Seohyun karena sudah menuduh dia menguncimu di gudang pada MuBank. Ia juga merasa bersalah karena tidak mengatakan yang sesungguhnya padaku dan menangis karenanya, hanya itu.” Heemi berhenti meronta begitu mendengar kata-kata Kibum.

“kau juga tau kan? Kau juga tau kalau sebenarnya Sooyoung lah yang menguncimu di sana, kenapa kau tidak mau menceritakannya padaku?” Kibum melepaskan dekapannya karena Heemi sudah jauh lebih tenang sekarang.

“karena, kupikir kau tidak akan percaya padaku. Tidak akan ada yang percaya jika kukatakan bahwa Sooyoung lah yang mengunciku.” Isakan Heemi kembali terdengar. Ia mengingat kembali hari itu ketika Seohyun mengatakan Kibum menunggunya di sana.

Selama perjalanan, Seohyun mengatakan bahwa sebenarnya Kibum berpesan pada Sooyoung dan Sooyoung meminta bantuan Seohyun untuk memanggilkan Heemi.

Begitu sampai di gudang itu, Seohyun pamit lebih dulu karena ia harus segera make up, meninggalkan Heemi sendirian dan saat itulah Sooyoung datang, menguncinya begitu saja di tempat gelap itu.

Ya, Sooyoung berbohong pada Seohyun—meski pada akhirnya Seohyun tau tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Heemi memilih untuk diam, begitu pula Seohyun. Meski ia merasa sangat bersalah, tapi ia juga tidak bisa membiarkan eonni seperjuangannya tampak buruk, terlebih lagi dihadapan orang yang ia sukai—Kibum.

“pabo, aku akan selalu percaya padamu meskipun kau berbohong. Jadi kenapa aku tidak bisa mempercayaimu jika kau berkata jujur?” Kibum mengusapkan ibu jarinya di sekitar pipi Heemi, menghapus butir-butir airmata yang terus mengalir turun. Ekspresi Kibum melembut.

Gadis ini sesungguhnya sama sekali tidak berubah, masih saja Heemi yang ia sukai. Gadis yang lemah tapi selalu berpura-pura kuat.

“mianhae…” bisik Heemi pelan sambil menunduk.

Kening Kibum berkerut. Bukankah ia seharusnya orang yang memintamaaf karena sudah membuat Heemi salah paham?”

“tentang perdebatan kita waktu itu, maafkan aku. Kurasa aku sudah benar-benar melukaimu.” Lanjut Heemi semakin menundukkan wajahnya. Kibum kembali tersenyum, yakin bahwa pikirannya benar. Gadis dihadapannya memang masih Heemi yang selalu memikirkan perasaan orang lain. Segala egonya runtuh begitu saja, tidak ada lagi kemarahan.

“ani, aku saja yang terlalu egois. Benar katamu, memang tidak seharusnya kau mengingat kejadian mengerikan itu jika kau bisa melupakannya, hanya saja… aku…” Kibum terhenti ketika ia tidak tau harus bagaimana mengatakannya—perasaannya. Mungkin Heemi yang berada dihadapannya masih Heemi yang sama, tapi apakah dengan perasaan yang sama pula? Tidak ada jaminan hal itu terjadi.

“aku hanya marah karena kau tidak menginginkan kenangan kita lagi. Aku marah karena kau tidak ingin lagi mengingat perasaanmu padaku waktu itu.” Heemi mendongak, kembali melihat pancaran kesedihan yang menyeruak dari sorot mata Kibum.

“aku pasti akan jatuh cinta lagi padamu, kalau itu yang kau takutkan. Kurasa tidak peduli berapa kali pun aku kehilangan ingatan, aku pasti akan jatuh cinta padamu, lagi dan lagi hingga selamanya.” Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Heemi, tapi itu tulus dari hatinya. Kibum terus menatap Heemi lekat-lekat, menyadari fakta bahwa Heemi masih menyukainya—dan akan terus begitu selamanya.

Heemi kembali menunduk, menyembunyikan rasa malu dan wajah meronanya setelah ia sadar penuh dengan apa yang diucapkannya barusan.

“a..aku.. maksudku…” Heemi meremas jari-jarinya dengan resah. Bagaimana mungkin ia bisa mengatakan kata-kata seperti itu? Dan dari mana pula ia punya keyakinan diri yang sangat besar dan dengan penuh percaya diri berpikiran bahwa Kibum menyukai?

Heemi tidak bisa melihat reaksi Kibum—karena Heemi masih belum berani menengadahkan wajahnya. Dan ia juga tidak bisa mendengar reaksi Kibum—karena memang tidak ada suara yang dikeluarkan namja itu.

Kibum terlalu senang mendengar kata-kata Heemi hingga ia lupa bagaimana caranya untuk bereaksi atas hal itu. Kibum menyentuh pinggang Heemi dengan lembut lalu menariknya merapat. Heemi mendongak dengan gerakan yang tiba-tiba saja dilakukan Kibum.

Baru saja ia mendongak, Kibum menundukkan wajahnya—menyejajarka wajahnya pada Heemi. Kibum mengecup bibir Heemi, membuat ia sedikit terkesiap karena tidak menyangka Kibum akan menciumnya.

Kedua tangan besar Kibum dengan kokoh merengkuh wajah Heemi yang mulai menikmati perlakuan Kibum dan memejamkan matanya sendiri.

Kibum melepaskan dirinya dan Heemi yang sedikit terengah-engah.

“bisakah kau memenuhi janjimu?” tanya Kibum tanpa melepaskan tangannya dari wajah Heemi.
”janji? Janji apa?”

“sewaktu kita berumur 10, kita membuat sebuah janji.” Ucap Kibum dengan esnyum merekah diwajahnya.

“aku tidak ingat.” Heemi merasa sedikit bersalah karena ia tidak bisa mengingatnya. Untungnya, emosi Kibum tidak kembali memuncak. Efek dari kata-kata Heemi sebelumnya ternyata jauh lebih kuat dibanding dugaannya sendiri.

Tangan Kibum bergerak turun dan menggenggam tangan Heemi.

“waktu itu kau berjanji bahwa setelah dewasa nanti kau akan menjadi pengantinku, will you?”

Heemi sama sekali tidak ingat ia pernah mengatakan itu pada Kibum, atau dimana ia mengatakannya. Tapi, apakah itu penting? Tidak peduli meskipun ia mengingatnya atau tidak, jawabannya akan selalu sama…

“I will.” Jawab Heemi mantap.

THE END OF HEEMI’S STORY

19/01/2011 – 20/01/2011

A/N ::. Waduh, waduh~~ bingung sendiri lagi nulis apaan T.T kok rasanya kurang greget ya??

What do you think? Comment please^^

Gonna write News 9 soon =DD

10 tanggapan untuk “The Newest Girlband (News 8) Heemi’s Story”

  1. onnie part yg ini asik , tapi aku masih sedikit bingung -.-
    part 9 cepetan ya onn !! jangan lama2 kekekeke 2 satu part lagi menuju part 10 kekekek XD makin gak sabar 😀 kibum oppa keren deh ih *toel2 kibum*

    kyu ngerjain aku apa lagi sih !!!? jail bgt tu anak !!! =.=

    part 9 cepetan ya onn kekekeke

  2. so sweet..
    Kibum ama heemi eonni pasangan yg sweet *apadah*

    part 9 nya d tunggu eon. Ga sabar. Ga sabar. Hehe

    ttp semangat bkn ff nya eon..

  3. haduh ki bum sabar bgd yah 🙂
    Heemi juga bruntung bgd dapetin kibum,setia bgd nunggu heemi.

    Loh trnyata yg ngurung sooyoung toh..

    Eh,diperhatiin hyunmei polos bgd yah >.< wkwkwkkw

    Wkwkkw hyewon-onew bener2 dah -.- baca nya malu sndiri serasa ngebayangin /plaak

    Lanjuut 🙂

  4. haduuuuh so sweeeeeeet bgd ooooon!!!!!!
    Makasih bgt udah bikinin aku cerita semanis ini ya ooon ^^
    Duuuh akang ki bum genit bgt ah nyium2 aku… Hahaha
    Lanjut oon!

Tinggalkan Balasan ke myGaemGyumei Batalkan balasan