[twoshot –part 2–] Gadis Bertopeng

Author : Diatami Cupruut

Genre : Romance

Kategori : Continue  ( two-shot )

Starring : Lee Donghae, Cho Kyuhyun & Yui ( author )

 
Kyuhyun’s POV

Cho Kyuhyun dan Lee Jin-ah mengakhiri hubungan mereka, tulis sebuah tabloid gosip yang kebetulan tadi kutemukan. Aku mendengus keras,  melempar tabloid tersebut. Aku berjalan meninggalkan restoran yang kusinggahi bareng member Super Junior yang lain untuk makan malam.

Yang masih jadi beban pikiranku yang lain adalah Lee Jin-ah. Kenapa dia mengakhiri hubungan kami? Dengan alasan yang sangat tidak jelas. Apa kurangnya aku? Dia pasti menyesal meninggalkanku! Lihat saja..

Aku berjalan menyusuri jalan gang menuju sebuah halte bus. Aku menangkap 2 sosok, laki-laki dan wanita, sedang bercumbu mesra di halte yang kebetulan saat itu sedang sepi. Aku melangkah pelan ke arah mereka. Mataku tak lepas menatap mereka yang sedang bercumbu asyik, seolah dunia hanya milik mereka berdua. Aku menghentikan langkahku. Aku menatap curiga dengan wanitanya. Mereka 5 langkah di depanku. Begitu jelas untuk melihat siapa wanita tersebut. Mata kami bertemu. Wanita tersebut kelihatan amat kaget begitu melihatku. Tidak salah lagi..

Jin-ah..

“Kyuhyun..” Jin-ah menatapku dengan wajah serba-salah.

“Oh,” aku mendengus. “Jadi ini alasanmu putus dariku.” Aku menyeringai meremehkan, lalu berbalik pergi.

Wanita memang racun! pekikku dalam hati. (Mendadak jadi the changcuters)

Suara derapan langkah mengejarku. “Kyuhyun! Kumohon.. dengarkan penjelasanku!”

Aku tidak peduli dan tetap melangkah.

“Kyuhyun! Semua ini aku lakukan karena terpaksa! Kumohon berhentilah..”

Aku menghentikan langkahku dan berbalik. Menatap lekat-lekat wajah gadis ‘kok-bisa-ya-aku-menyukainya-dulu?’ itu. “Penjelasan apa yang harus kudengar, heh? Yang tadi sudah jelas.”

Walaupun gelap, aku bisa melihat Jin-ah kini menangis. “Aku melakukan ini karena.. aku terpaksa.. aku terpaksa harus melayani mereka agar aku bisa tenar. Kumohon, Kyu, mengertilah..”

Aku menyeringai. “Ingin tenar? Aku sudah membuatmu tenar dengan menjadi kekasihku! Apa yang kurang dariku, heh?”

Jin-ah menggeleng kuat. “Tapi ini demi masa depanku. Aku tidak cukup hanya numpang tenar karenamu!” pekiknya mendekatiku. Kini wajahnya terlihat jelas. Marah, kesal, dan menyedihkan.

“Ah, bullshit!” teriakku, menatap tajam ke arah Jin-ah. “Kau rela menjual harga dirimu demi menjadi tenar? Kau benar-benar wanita murahan!”

Sedetik kemudian sebuah tamparan menghantam pipiku. Sangat keras sekali. “Apa kau bilang? Wanita murahan? Apa maksudmu? Aku melakukan ini demi masa depanku!” seru Jin-ah tidak kalah sengit.

Aku menahan emosiku untuk tidak membalas pukulannya. Walaupun sangat sakit sekali, bagaimanapun dia adalah wanita. “ARGH! Aku benar-benar menyesal pernah menyukaimu!”

“Biar saja! Siapa juga yang mau jadi pacar laki-laki sepertimu!” teriaknya. “Kau enak.. kau sudah terkenal, banyak uang, dan kau dapat segalanya. Tapi aku tidak, Kyu.. Kau tidak mengerti! Kau terlalu sombong, Kyu.. ”

Aku tidak menggubris kata-katanya. Menahan sekuat tenaga agar emosiku tidak meledak. Bahaya juga kalau tiba-tiba saja aku kepergok wartawan sedang adu mulut panas dengannya. Aku membalik badanku, hendak akan pergi dari sana.

Tepat pada saat itu, aku melihat seseorang di ujung jalan.

“Aku yakin, setelah aku.. tidak ada wanita yang ingin menjadi pacarmu!” Jin-ah menimpali kata-katanya.

Aku terdiam. Masih mati-matian menahan emosi jiwaku untuk tidak membalas kata-katanya ataupun nekat memukulnya. Mataku menangkap sesosok gadis di ujung jalan tersebut. Aku menatap tajam ke arah gadis berjarak 10 langkah di depanku. Sejak kapan gadis bertopeng itu disana?

Aku berjalan mendekati gadis tersebut. Dia menatapku. Entah apa yang dipikirkannya. Aku menghela napas, lalu memeluknya mendekatiku.

Aku menoleh ke belakang, “Kau bilang apa tadi? Coba kau lihat sekarang! Aku sudah punya gadis lain yang lebih baik darimu!” Aku menyeringai puas, melihat samar-samar wajah kekalahan dan kekesalan Jin-ah.

 

~oOo~

 

Kami sampai di sebuah tikungan, jauh dari Jin-ah.

“Kyuhyun-ssi..” aku mendengarnya memanggil namaku.

Aku langsung melepaskan pelukanku, mengempaskannya jauh-jauh. “Mianhae, aku tiba-tiba memelukmu, Yui-ssi..”

Yui mengangguk kecil. Aku mendengus.

“Kau senang kan?” tanyaku dengan nada menyindir.

Yui mendongak, menatapku penuh tanya. “Kau senang kan bisa kupeluk?” ulangku lagi.

“Setelah Donghae hyeong.. targetmu siapa lagi?” aku memandang ke arah Yui. Berusaha menangkap sinyal mencurigakan dari sinar matanya. Ah, tidak ada. Matanya menatapku. Sangat polos.

Aku mendengus. “Aku?” kataku dengan pedenya. “Ayolah, beritahu aku bagaimana bisa kau membuatku takluk padamu? Ah, kau seorang penyihir?”

Yui menyipitkan matanya menatapku. Menggeleng kecil, “Kau gila? Aku bukan Harry Potter.”

Aku tercenung dengan jawabannya. Apa? Jawaban macam apa itu?

“Kalian sama saja.. Ck! Kenapa harus ada wanita di dunia ini? ARGH!” aku berteriak, mengingat banyak sekali masalahku dengan kaum hawa.

“Kau bilang apa? Kalau tidak ada wanita di dunia ini, kau tidak akan lahir.”

Aku mendengar Yui mengatakannya dengan lantang. Aku menatapnya. “Ne?”

“Tidak ada wanita, berarti tidak ada ibumu. Kau pasti tidak akan lahir ke dunia ini tanpa ibumu. Dan tidak ada perabadan,” ujar Yui dengan tampang polos namun sangat yakin. Dia bergumam tidak jelas, “Harusnya dia berpikir sebelum mengatakannya. Bagaimana sih..”

Aku melongo menatapnya.

“Oh ya, kenapa tadi kau memelukku? Ah, jangan bilang kalau kau menyukaiku? Mm.. mianhae, Kyuhyun-ssi, tapi aku tidak menyukaimu. Dan.. Oh ya! Jangan tiba-tiba memelukku seperti itu dan bilang kalau aku kekasihmu! Kau harus belajar banyak cara menyatakan perasaanmu, jangan—“

“Ah, stop stop! Kumohon, hentikan omongan..” Kepalaku benar-benar ingin meledak sekarang. Astaga, dia baru saja bilang kalau aku menyukainya! Yang benar saja, Tuhan..

Aku menatapnya lekat. Tidak percaya dengan jawaban konyolnya. Padahal aku sedang kesal dengannya. Padahal tadi aku menyindirnya. Kenapa dia tidak membalasnya? Dia malah ngelantur seperti ini! Padahal dengan cara memancing amarahnya, aku bisa langsung membuka topengnya. Padahal.. padahal.. Argh! Aku sangat penasaran dengan wajah di balik topengnya. Ayolah buka topengmu.

Aku mendengar suaraku keluar dengan sendirinya.

“Topeng apa?” Yui menatapku.

Aku menyipitkan mataku. “Kau tidak memakai topeng?” Aku mendengar suaraku keluar dari bibirku. Di luar kesadaranku. Pertanyaan konyol.

Yui menatapku aneh. “Tadi kau sudah mengatai aku Harry Potter, kenapa kau sekarang menuduhku memakai topeng?”

Aku menggeram keras, mengeluarkan bunyian aneh, membalikan badanku lalu duduk di pinggiran trotoar jalan. Memandang dengan kesal ke arah jalanan sepi di depanku.  Aku mengutuk habis-habisan kenapa  aku harus bertemu dengan gadis aneh macam dia!

“Apa salahku sih sampai aku harus bertemu denganmu?” aku bergumam keras.

Aku mendesah keras. “Sekarang aku benar-benar seperti orang bodoh.. Mempertanyakan tentang topeng aneh!” Aku menggeram. Menenggelamkan wajahku ke dalam telapak tanganku.

Kenapa aku jadi kacau seperti ini? Arrrgh, ini semua gara-gara gadis bertopeng ini. Bertemu dengannya saja sudah membuatku kacau seperti ini.. bagaimana kalau.. seandainya aku menjadi Donghae hyeong yang berpacaran dengannya, apa aku bisa tahan? Err.. Bagaimana Donghae hyeong bisa tahan dengannya?

“Kau tau, Donghae hyeong sangat mencintaimu..” aku menelan ludah. “Bagaimana bisa..?” lirihku pelan.

Dia terdiam. Aku pun juga diam. Suasana sunyi dan hanya kedengran suara deru kendaraan yang jauh. Sudut mataku menangkap sosok Yui yang tiba-tiba sudah duduk di sampingku.

Yui mendengus pelan. “Kau bingung ya? Aku juga.”

Aku mengangkat wajahku dan menatap ke arahnya. Yui tersenyum tipis penuh arti dalam kepadaku. Tatapannya tiba-tiba terasa lain. Terasa.. hangat..

“Aku mengerti maksudmu,” dia memberi jeda. “Yaaah, aku memang tidak cantik. Tidak ada yang bisa kubanggakan dariku,” dia berkata pelan.

Aku terdiam. Mendengarkan.

“Aku tau posisiku di samping Donghae itu salah. Aku tidak pantas.. aku tau,” Yui menarik napas panjang. “Aku juga pernah menanyakan hal sama. ‘Kenapa kau menyukaiku, Hae?’ Dan kau tau apa jawabannya—”

Aku memotong, “Aku tidak menyukainya. Aku menyayanginya,” aku mendengar suaraku meluncur dengan sendirinya. Lancar dan tepat.

Yui tersenyum lebar menatapku. Terpancar aura aneh dari tatapannya. Kepolosan, kehangatan, dan kedamaian. Aku bisa merasakan semua itu hanya dengan menatapnya.

“Hei, Kyuhyun-ssi! Apa yang kau lihat?” Yui membuyarkan lamunan anehku. Aku tersadar, namun tidak mengalihkan pandanganku. Diam.

“Ah ya, Donghae juga sering menatapku dengan tatapan seperti itu. Kadang dia tersenyum aneh ke arahku. Hmm.. benar-benar laki-laki aneh kan?”

Aku terdiam. Tetap mendengarkan.

“Dan dia juga bilang padaku ‘Aku selalu merasa damai saat menatapmu’..”

Aku tersenyum.

Kurasa.. aku menemukan kedamaian itu.

 

~oOo~

“Kemarin aku bertemu dengan Yui.”

Donghae mengalihkan pandangannya dari daftar menu di tangannya. Saat ini kami sedang makan siang bareng Eunhyuk dan Shindong di restoran yang biasa kami singgahi. Katanya sih, Eunhyuk bareng Shindong keluar cari angin bentar sekalian nunggu pesanan mereka datang. Sementara aku dan Donghae tetap di restoran.

“Benarkah? Dimana?”

“Di dekat sini,” jawabku.

“Ah ya, rumahnya di dekat sini. Terus?”

“Aku menanyakan satu hal padanya.”

“Apa itu? Kau tidak ngomong macam-macam kan?”

“Tentu saja tidak hyeong. Aku cuman bertanya, ‘kenapa Donghae hyeongku bisa sangat mencintaimu?.”

“Kau ini! Ngapain nanya begituan?” Donghae agak menggertakku, becandaan doang.

Aku terkekeh. “Penasaran. Abisan kalau nanya sama hyeong pasti jawabannya aneh mulu.”

“Yui jawab apa?”

“Dia bilang,” aku terdiam sambil memikirkan jawabanku. “Kau selalu menjawab hal sama seperti saat aku menanyakanmu hal sama juga. Dan sepertinya.. aku seharusnya menanyakan lagi kepada hyeongku tersebut,” kataku sambil tersenyum. “Tapi sayangnya hyeongku ini tidak pernah waras menjawabnya,” keluhku.

Donghae tertawa. “Apa lagi yang kalian obrolin?”

Aku terdiam. Ingatanku kemarin berputar-putar dalam otakku. Aku ingat beberapa jawabannya yang sangat konyol. Aku tersenyum lebar. Seandainya saja saat itu aku tidak dalam keadaan kesal dan marah, mungkin aku sudah mati ketawa mendengar jawabannya.

Dia juga bilang tidak menyukaiku. Astaga, dia harus secepatnya menarik kata-katanya. Tidak ada seorangpun, seorang wanita pun, yang tidak menyukaiku. Aku digilai. Dan aku yakin, dia juga akan menggilaiku. Lihat saja..

Ah ya.. dan momen yang masih membekas sampai sekarang.. adalah saat aku menatapnya. Rasanya lain. Ya, damai sekali.

Tak sadar aku malah terbuai dalam lamunan dan senyumanku

“Hoi, Maknae! Kenapa kau malah asyik senyum-senyum sendiri. Apa yang kaupikirkan huh?”

Aku tersadar dari lamunanku. Memandang Dongahe sekilas, lalu tersenyum, “Tidak ada. Hanya.. tiba-tiba mengingat seseorang..”

Donghae mengerutkan keningnya bingung. “Terserah kau. Terus.. selain itu, kalian obrolin apa lagi?”

Aku tersenyum lagi. Lalu menggeleng, “Tidak ada obrolan penting. Hanya itu saja hyeong.”

“Mm.. Btw, kau sudah tau jawaban kenapa aku menyayanginya?” Donghae tiba-tiba menatapku dengan pandangan serius, seolah tau apa saja yang kusembunyikan darinya.

“Belum. Dan aku akan mencari tau jawabannya.”

Donghae menggeleng. “Jangan. Kumohon, jangan cari tau jawabannya. Kau akan menyesal.”

Aku menatapnya bingung. Donghae hanya membalas dengan sebuah senyuman penuh arti. “Percayalah padaku. Jadi kumohon jangan.”

 

~oOo~

 

Kata-kata Donghae di restoran tadi benar-benar menghantui setiap langkahku. Kenapa dia melarangku? Kalau dia melarangku, setidaknya beritahu aku jawabannya. Aku benar-benar tidak tahan terus-terusan penasaran seperti ini.

Kumohon, jangan cari tau jawabannya. Kau akan menyesal.

Oh ya? Menyesal apanya? Aku saja belum mencobanya. So.. tidak ada salahnya kalau aku mencoba mencari tau jawabannya sendiri. Gadis sederhana itu, gadis bertopeng itu, Yui, aku pasti akan menemukan jawabannya. Membuka topengnya. Ya.. dan lihat saja sekarang, Tuhan begitu memberbekati niatku kali ini.

Aku melihat Yui kini beberapa jarak di depanku. Menunggu di sisi jalan untuk menyebrang.

Aku tersenyum. Tuh kan.. God bless me today!

Aku tidak langsung menghampirinya. Ingat peraturan pertama. Jangan terburu-buru, bergeraklah diam-diam untuk mempelajari sifat lawan.

Dia memakai dress berpola bunga-bunga cerah dengan cardigan rajut. Agak terlihat lain, dia tampak sangat cerah, dengan gaya kondeannya. Aku melihatnya berjalan menyusuri zebra-cross ketika lampu jalan berwarna merah. Aku hanya diam memperhatikannya berlalu. Tapi lihat apa yang terjadi… Yui tiba-tiba berbalik arah, membantu seorang nenek yang terlihat sangat rentang yang berlawanan arah dengannya. Aku tercengang. Apa pedulinya dengan nenek itu? Padahal masih banyak orang lain yang bisa membantu nenek itu, kenapa dia harus yang repot?

Aku melihatnya bercakap-cakap akrab dengan sang nenek begitu sampai di tepi jalan. Si nenek berlalu, Yui menunggu kembali lampu jalan berwarna merah. Akhirnya lampu berubah warna, dia menyebrang. Dengan gesit, aku berusaha mengejarnya dari belakang. Dia masuk ke dalam sebuah toko. Aku tidak ikut masuk, menunggu di luar sambil sesekali mengintip lewat jendela transparan toko tersebut. Dia sedang mengobrol dengan para pelayan, sangat akrab. Seorang pelayan memberikan uang kepada Yui, dia seperti mengucapkan terima kasih, melambaikan tangan, lalu berjalan keluar toko. Rasa ingin tau yang amat besar mendorongku untuk mengikutinya lagi.

Dia berjalan sambil mengayun-ayunkan tas tangannya. Melantunkan lagu aneh. Keadaan begitu bahagia dan aku begitu menikmati nyanyian pelannya. Tapi tiba-tiba saja dia terjatuh. Entah karena apa. Aku nyaris saja akan menghampirinya, tapi aku menahan langkahku. Dia terbangun, meringis kecil, “Aduh, kakiku..”

Dia  melanjutkan langkahnya dengan tertatih-tatih. Kakinya keseleo, kurasa. Dia kembali melantunkan nyanyiannya. Aku menggeleng heran. Menahan senyumanku. Aku tetap mengikutinya, dia berjalan menuju halte bis masih dengan keadaan pincang. Aku menjaga jarakku. Sebuah bis datang, dia cepat-cepat masuk. Sepertinya dia benar-benar kesakitan dengan keadaan kakinya. Aku menarik tudung hoodie-ku lalu ikut masuk ke dalam bis. Bis agak penuh. Bangku-bangku nyaris terisi semua. Aku mengambil tempat duduk di belakangnya. Bis berjalan jauh, melewati 2 halte bis. Bis kini benar-benar penuh. Beberapa penumpang harus berdiri. Seorang wanita hamil masuk ke dalam bis, dia terlihat sangat lelah dan begitu kecewa melihat bangku-bangku sudah penuh. Wanita hamil tersebut berjalan mendekati bangkuku, dengan wajah kusut dan lesu.

“Bibi silahkan duduk disini.”

Aku menatap Yui setengah tidak percaya. Dia bangun dari tempat duduknya, menyingkir, dan menyuruh wanita hamil itu untuk duduk di tempatnya.

Berkali-kali wanita hamil tersebut mengucapkan terima kasih kepada Yui. Dia hanya tersenyum. Wajahnya sangat polos. Aku memperhatikannya dengan tatapan takjub.

Padahal kakinya sedang sakit seperti itu.. Kenapa..?

Aku tidak melepas tatapanku darinya. Berusaha menangkap sinar rasa menyesal karena sudah memberikan tempat duduknya kepada wanita hamil tersebut. Tapi dia tidak menunjukkan. Dia terlihat bahagia. Dia kembali melantunkan nyanyiannya pelan. Sesekali kulihat wajahnya meringis kesakitan. Tangannya menggapai erat pegangan di atas kepalanya, sementara kaki kanannya di biarkan agak terangkat, dan kaki kiri menopang tubuhnya.

Dan di sepanjang perjalanan, aku terus menatapnya. Hari ini dia memberikanku 3 tanggapan.

Takjub. Tercengang. Kagum. Apa lagi yang akan kau tunjukan padaku, gadis bertopeng?

 

~oOo~

Aku mencari tau bahwa Yui kerja di sebuah kafe di Insadong. Aku sengaja hari ini mengosongkan waktuku untuk kesana. Ah, tentu saja bukan untuk menghampirinya. Sekedar melihatnya saja, itu sudah cukup.

Kini aktifitas mengintainya dari jauh adalah hal biasa yang kulakukan di sela jadwal keartisanku. Berjalan di belakangnya, tapi tidak sekalipun menyapanya. Keadaan begitu bahagia bagiku, mengikutinya dengan langkah penuh senyuman, diikuti alunan lagu pelan dari bibirnya. Sangat menikmatinya.

Aku cemas. Menyadari bahwa begitu berartinya keberadaannya sekarang. Aku menyesal. Kenapa aku tidak menyadari kebedaraanya dulu?

Aku bingung. Galau. Bimbang. Dengan semua perasaan yang kini bergejolak dalam benakku. Pertanyaan-pertanyaan aneh datang menghujamku. Kenapa aku menyukainya? Kenapa harus sekarang? Dan kenapa harus dia?

Aku membutuhkan jawaban yang jelas. Aku tidak boleh seperti ini.

Sekali lagi, aku memandang ke arahnya. Memperhatikan semburat keceriaan dari gelak tawanya. Menatapnya begitu damai. Seperti matahari yang menghangatkan bumi. Dan dia menghangatkan hatiku.

 

~oOo~

 

“Apa alasanmu mencintainya hyeong?”

Donghae menatapku. Membuang napas pelan. “Mm.. tapi sebelum kujawanb pertanyaanmu, kau harus menjawab pertanyaanku dulu. Kenapa kau setiap hari bertanya seperti itu?”

Aku tersenyum kecil. Karena aku butuh jawaban jelas hyeong.. “Ingin tau saja. Aku penasaran dengan kalian.”

Donghae menatapku penuh arti. “Mencintainya tidak butuh alasan, asal kau tau saja,” dia tersenyum, lagi-lagi penuh arti mendalam. Donghae berjalan melewatiku.

Aku terdiam. Membisu. Membiarkan hatiku berkelana. Kembali ke bayangan wajahnya.

“Hyeong..” panggilku. Donghae menghentikan langkahnya.

“Hm?”

“Aku sudah tau jawabannya.”

Kali ini Donghae terdiam. Aku menoleh ke arah Donghae. Tersenyum, melawan balik dengan senyuman penuh artinya. “Kau menyayanginya, begitu juga aku.”

Aku memandangnya. Dia pun balas memandangku, dengan tatapan polos. Seulas senyuman terukir di bibirku. Baru kali ini aku memberanikan diri menghampirinya. Mengajaknya ke sebuah taman di dekat kafe tempatnya bekerja.

Apa yang dipikirkan Donghae hyeong saat jatuh cinta dengannya?

Hanya memikirnya. Tidak ada yang lain. Tidak ada seorang pun yang kupikirkan selain dirinya. Berbagai ekspresi wajahnya. Tersenyum. Tertawa. Cemberut. Bahkan meringis kesakitan. Atau.. nyanyian anehnya. Hanya itu yang yang kupikirkan sekarang.

Kenapa Donghae hyeong menyukainya?

Karena dia spesial, dalam wujudnya tersendiri. Dia tidak butuh menjadi cantik. Yang diperlukannya hanya menjadi dirinya sendiri. Karena aku tau.. she’s simple, but something.

Apa yang dia lakukan padamu sampai hyeong menyayanginya seperti ini?

Donghae benar. Dia tidak melakukan apa pun. Dan aku tidak menyuruhnya melakukan apa pun. Tetap seperti itu. Tetap di sisiku saja.

Aku akhirnya membuka mulutku, “Kau masih ingat pernah bilang padaku kalau kau tidak menyukaiku?”

Yui mengangguk pelan. “Sepertinya.”

Aku tersenyum lebar. “Kuharap kau menarik kata-katamu itu.”

Yui mengerutkan keningnya. Dengan tatapan polos dia menatapku, “Waeyo?”

“Karena.. kau akan menyesal.”

“Waeyo ige? Menyesal kenapa? Kau kenapa sih? Pertanyaanmu aneh sekali,” gerutunya dengan tampang lucu.

Aku tertawa geli melihat tampang bloonnya. “Ini nih, yang membuatku benci padamu.”

Yui membulatkan matanya. “Mwo? Kenapa kau benci padaku? Apa salahku? Aku saja—”

“Ssst! Kau berisik sekali,” potongku. “Tentu saja aku membencimu. Kau sudah membuatku mencintaimu. Huh, itu hal yang paling kubenci darimu.”

Yui tidak berkata-kata. Dia tercengang menatapku. Aku tersenyum puas. Setidaknya aku sudah mengatakan yang sebenarnya.

Aku melirik ke belakang Yui. Disana kulihat Donghae sedang menatapku. Aku mengangkat sebelah alisku. Apa dia mendengarnya? Sepertinya tidak, dia pasti mendengar semuanya.

Aku melangkah melewati Yui. Dia berusaha menahanku, “Ah, Kyuhyun-ssi! Tunggu! Apa maksudmu..”

“Ah, sudahlah. Jangan kaupikirkan,” aku tersenyum makin lebar. “Aku harus pergi. Bye,” aku melangkah makin jauh melewati Yui yang masih membeku sambil menatapku.

Aku berjalan mendekati Donghae. Kali ini aku memusatkan perhatianku ke arah Donghae, yang menatapku agak dingin. Aku tersenyum lebar, menepuk pundaknya, “Hyeong. Tenanglah, jangan tegang seperti itu. Kata-kataku jangan kau pikirkan,” ujarku.

Donghae menyipitkan matanya. “Apa maksudmu?”

“Aku sudah bilang padamu hyeong, aku akan mencari tau jawabannya. Dan hyeong melarangku. Katamu.. aku akan menyesal. Tapi tidak,” aku menatap hyeongku ini dalam-dalam. “Aku tidak menyesal. Aku malah beruntung bisa mengenalnya.. bahkan mencintai gadis seperti dia.”

Donghae menatapku kembali dingin. “Lalu?”

“Ah, tenang, tenang hyeong. Aku tidak akan berusaha merebutnya darimu. Aku melakukannya.. karena aku tau dia gadismu. Aku tidak mungkin merebut gadis hyeongku sendiri, ya kan?”

Aku menepuk punggung Donghae, mendekatkan badanku ke arahnya, membisikan sesuatu padanya. Donghae menatapku, lalu tersenyum. Memukul pundakku lalu berkata, “Coba saja.”

Aku menyeringai lebar.

 

~oOo~THE END/Gadis Bertopeng~oOo~

Epilog

“Aku akhirnya bisa membuka topengnya.”

“Benarkah?”

“Aku begitu takjub.”

“Ne? Takjub kenapa?”

“Saat kubuka topengnya, yang kulihat adalah seorang gadis biasa. Dengan wajah polos, memandangku. Matanya yang berkilat-kilat memancar kehangatan. Detik itu pun, aku merasakan suatu kedamaian memasuki benakku. Dan kutau aku sedang jatuh cinta.”

“Astaga. Bagaimana bisa? Dia tidak cantik kan?”

“Dia spesial. Bukan cantik.”

“Oh ya?”

“Dan aku beruntung pernah mencintainya.”

“Hmm.. Lalu kenapa kau tidak berpacaran dengannya?”

“Tidak, tidak. Dia gadis hyeongku. Aku tidak mungkin mengambilnya dari hyeongku sendiri. Dia tidak akan kuganggu, jika dia tetap bersama dengan hyeong. Jadi kusarankan pada hyeongku, untuk menjaganya baik-baik. Dan dia akan aman dariku.”

“Wah! Kau memang licik sekali.”

“Itulah yang kubisikan pada hyeongku kemarin. Kuharap dia tidak menganggap remeh bisikanku itu.”

“Memangnya kenapa?”

“Karena dialah yang akan menyesal, bukan aku.”:D~

 

Annyong, readers sushi ff! #koplak xD Mianhaeyo ya, kalo ceritanya kok tiba22 kayak cerita di buku bahasa indonesia ya-_-? ngebantu nenek nenek nyebrang? LOL! Tapi enjoy aja deh~~

14 tanggapan untuk “[twoshot –part 2–] Gadis Bertopeng”

  1. dasar evilmagnae~
    bnrn dhe,,keren bgt image.a disini
    ckckckck*geleng” kpla*
    pdhlQ kira yui bakalan jadian ma Kyu,,
    t’xta ttp setia ma donghae,,

    nice^^b

    1. kekekkk~ itu gak bakal terjadi deh yui pacaran sma kyu,uda janji sma admin andri_sparkyu gak bakal rebut si kyu xD haha
      gomawo nih uda di like+komen :**

  2. mau absen. Saya udah comen ya eon. Tp kurang pake esmosi eon. Donghaenya gak marah, kyu nya jg pasrah g ngejar cintanya..

    1. Haha kritikannya cihuy abis 😀 tapi gomawo banget nih masukannya. tapi emg begini jalanny chingu,ga mungkin dong kyu sampe ngerebut si yui dari hae. waduuh~ entar bisa perang berdarah dong sparkyu sma ikan teri(?) kekekekk~ begini aja oke kan? 😉 enjoy!

    1. Hahaha baru kali ini author nya yg dipuji, daritadi ff nya dipuji nih ih jadi cemburu -_- kkkk~
      cinta tak harus memiliki kan ching 😉 #bahasague-_- kkkk~

  3. Keren banget cingu !
    Endingnya gak ketebak..

    Pdhl kirain andra, Si Yui itu pny masa lalu atau sifat ‘gelap’
    Ternyata… WOW !
    Very unpredictable, very like it !

    Like this fanfict so much 😀 =)

Tinggalkan Balasan ke ikantumi Batalkan balasan