Accident Part 2

3 bulan kemudian
“Seung Won-ah, kau tidak pergi kuliah?” teriak eomma dari luar kamar Seung Won.
“Ani, hari ini aku tidak enak badan.” Seung Won menenggelamkan tubuhnya dengan selimut tebalnya.
“Kau mau aku buatkan bubur?”
“Ye!” jawab Seung Won cepat agar eommanya tidak terus-terus berteriak di luar kamarnya.
Tok tok tok . . .
“Seung Won-ah, ini buburmu. Buka pintunya!” pinta eomma lembut. Seung Won berjalan malas menuju pintu kamar. “Seung Won-ah, kau baik-baik saja?” ucap eomma sambil memegang kening Seung Won.
“Apa aku terlihat baik-baik saja?” Jawab Seung Won ketus.
Eomma memapah anaknya itu menuju tempat tidurnya. Dan langsung menyuapi bubur yang dibuatnya. Tapi baru lima suap, Seung Won merasa mual dan ingin muntah. Seung Won berlari menuju kamar madi yang terletak di kamarnya, dan muntah disana. Eomma mengejar Seung Won membatunya dengan memijit-mijit tengkuk leher anaknya.
“Seung Won-ah, apa kau masuk angin? Kalau begitu kita pergi ke dokter saja.”
“Tidak usah eomma, setelah istirahat aku akan sehat lagi.”
“Baiklah kalau begitu, eomma tidak akan memaksa.” Seung Won dipapah menuju tempat tidur oleh eomma dan langsung tidur.
Keesokan harinya, Seung Won sudah merasa lebih baik. Dia memutuskan untuk pergi kuliah.
“Seung Won-ah, kau baik-baik saja? kalau kau masih merasa sakit, kau tidak perlu kuliah.” Ucap Eomma khawatir.
“Aku sudah merasa sehat eomma. Tenang saja, kalau aku merasa sakit lagi aku akan pergi ke klinik.” Setelah pamit pada eomma, Seung Won langsung pergi menggunakan mobil merah miliknya.
Dalam perjalanan, Seung Won menjalankan mobilnya kearah yang berlawanan dengan kampusnya. Pikirannya saat ini bukanlah kuliah, tapi dokter. Seung Won menghentikan mobilnya disebuah rumah sakit. Seung Won dengan ragu masuk kedalamnya, tapi ini harus dia lakukan untuk memastikan kalau kejadian tiga bulan lalu tidak ada hubungannya dengan sakitnya saat ini. Setelah mendaftar, Seung Won tinggal menunggu dipanggil untuk diperiksa.
“Nyonya Park Seung Won?” panggil seorang suster. Seung Won melangkahkan kakinya takut. Takut hasilnya tidak sesuai dengan harapannya. Tapi pada akhirnya Seung Won pun masuk kedalam.
“Selamat pagi nyonya Park!” sapa dokter yang akan memeriksa Seung Won. Dia hanya tersenyum membalas sapaan dokter itu. “Silakan duduk!”
“Begini dok, akhir-akhir saya sering pusing dan mual.”
“Oh, kalau begitu silakan berbaring disana. Saya akan memeriksa anda.”
“Bagaimana keadaan saya dok?” ucap Seung Won setelah diperiksa oleh dokter.
Dokter itu tidak langsung menjawab, hanya sebuah senyum yang terkembang di wajahnya. “Anda tidak perlu khawatir. Karena gejala-gejala yang anda alami adalah hal yang wajar.”
“Maksud dokter?”
“Anda hamil nyonya, selamat!” Seung Won benar-benar terkejut dengan hasil yang dia peroleh. Dia tidak percaya, dia bingung harus melakukan apa.
“Terima kasih dokter.” Seung Won segera meninggalkan rumah sakit, dan melajukan mobilnya jauh-jauh dari sana. Selama dua jam dia terus melajukan mobilnya di jalanan Seoul sambil menangis tanpa ada tujuan. Seung Won teringat kata-kata Eunhyuk tiga bulan lalu, dia langsung menelpon Eunhyuk.
“Yoboseyo?” ucap diseberang telpon.
“Eunhyuk, ini aku Seung Won. Hari ini juga kau harus datang ke Seoul, aku akan menjemput di bandara.” Seung Won langsung memutuskan sambungan telponnya.
Ddrrtt . . .ddrrtt . . . handphone Seung Won bergetar tanda SMS masuk. Seung Won memakirnya mobilnya kepinggir lalu membaca SMS yang masuk.
From : Eunhyuk
Ada apa? Apakah kau hamil? Sekarang juga aku akan kesana. Aku akan sampai disana jam sebelas.
To : Eunhyuk
Kau datang saja dulu. Jam sebelas? Baiklah.
Seung Won datang 15 menit lebih awal dari jadwal. Setelah menunggu selama 15 menit, akhirnya pesawat yang ditumpangi Eunhyuk datang juga, dia segera mencari sosok Eunhyuk. saat melihat sosok Seung Won, Eunhyuk melambaikan tangannya untuk memberi tanda bahwa dia melihat Seung Won. Seung Won hanya memberi anggukan untuk membalas lambaian tangan Eunhyuk.
“Seung Won-ah, ada apa?”
“Kajja!” Seung Wong langsung mengajak Eunhyuk menuju mobilnya. Seung Won melajukan mobilnya ke sebuah restoran. Seung Won masih belum bicara sampai makanan yang mereka pesan datang.
“Seung Won-ah, bicaralah! Dari tadi kau diam terus, sebenarnya ada apa?” Eunhyuk terlihat khawatir. Seung Wong memberikan sebuah amplop pada Eunhyuk. Dengan segera Eunhyuk membukanya, ternyata itu adalah hasil tes kehamilan yang dijalani Seung Won.
“POSITIF HAMIL?” Eunhyuk tampak terkejut dengan tulisan yang dibacanya.
“Kau senang?” ucap Seung Won ketus.
“Seung Won-ah, mianhae! Malam itu aku benar-benar tidak bermaksud untuk melakukannya padamu.”
“Kau senang bukan, karena niatmu sepuluh tahun lalu akhirnya terlaksana?”
“Seung Won-ah, kau salah paham.”
“Sudahlah, kita menikah saja.”
“Mwo? Kau serius dengan apa yang katakan?” Eunhyuk tidak percaya.
“Ye.” Seung Won mengangguk yakin. “Tapi aku tidak mau kita menjalani hubungan layaknya suami istri.”
“Maksudmu?”
Seung Won mengeluarkan buku catatan dan pulpennya.

ATURAN PERNIKAHAN
1. Tidak oleh mencampuri urusan pribadi masing-masing
2. kalau selama 5 tahun pernikahan belum ada perubahan di hati masing-masing, kita akan bercerai
3. menjalankan tanggung jawab sebagai suami dan istri di rumah. istri : melaksanakan kewajiban sebagai ibu rumah tangga, suami : bekerja
4. tidak ada yang tahu aturan ini selain kita berdua dan Tuhan.
5. kamar terpisah

Park Seung Won Lee Hyukjae

Seung Won menyerahkan catatan itu pada Eunhyuk, dan Eunhyuk membacanya.
“Mwo? Sebanyak ini?”
“Kau setuju tidak? Kalau tidak, kau tidak akan pernah menikah denganku dan melihat anak ini.”
“Kau jahat sekali. Baiklah aku setuju.”
Mereka pun akhirnya menandatangani surat perjanjian itu.
“Sekarang kau ikut aku!” ucap Seung Won kemudian menarik tangan Eunhyuk.
“Mau kemana?” Tanya Eunhyuk heran. Tapi Seung Won tetap menatap lurus kedepan. Seung Won melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi sampai membuat Eunhyuk ketakutan. “Ya! Kau tidak bisa menyetir dengan pelan?” Seung Won tetap diam. Sampai akhirnya dia berhenti di sebuag rumah yang warna catnya didominasi warna putih. “Ini rumah siapa?” Tanya Eunhyuk heran.
“Turun!” perintah Seung Won. Eunhyuk pun menurutinya. Eunhyuk terus mengikuti langkah Seung Won dari belakang. “Duduklah!” ucap Seung Won saat mereka sampai di ruang tamu rumah itu. “Tunggulah disini!” Seung memasuki bagian dalam rumah, dan Eunhyuk menunggu di ruang tamu dengan penuh kebingungan. Untuk apa dia di bawa ke sini? Yang Eunhyuk yakini ini adalah rumah Seung Won karena di dinding terpampang jelas foto keluarga yang terdiri dari appa dan eomma Seung Won, dan tentu saja Seung Won sendiri. Tidak berapa lama kemudian, Seung Won kembali bersama seorang wanita yang sudah berumur yang tidak lain adalah eomma Seung Won.
“Eunhyuk-ah, kapan kau datang?” sambut eomma Seung Won yang memang sudah kenal dengan Eunhyuk.
“Eomma!” sambut Eunghyuk yang sudah terbiasa memanggilnya seperti itu. Kemudian memeluknya penuh dengan kerinduan. “Bagaimana kabar eomma? sehat kan?”
“Ne, tentu saja. kau tidak lihat eomma masih segar seperti ini?” Eunhyuk mengangguk senang. “Lalu ada apa kau datang kesini?”
“Jadi aku tidak boleh datang kesini?”
“Ani, tentu saja kau boleh datang kesini. Kapan pun kau mau, pintu rumah ini selalu terbuka untukmu.”
“Eomma, ada yang mau kami bicarakan.” Sela Seung Won.
“Baiklah, ayo duduk!” ajak eomma. “Ada apa? Kenapa tidak menunggu appamu pulang saja?”
“Kapan appa pulang? Eomma saja tidak tahu.” Jawab Seung Won ketus.
“Baiklah, apa yang mau kalian bicarakan?”
“Eomma, kami akan menikah!” jawab Seung Won singkat langsung pada inti pembicaraan.
“Mwo?” tentu saja eomma sangat kaget, karena berita itu benar-benar mengejutkan. Tapi sekaligus membahagiakan hatinya. Sudah sejak awal eomma mengenal Eunhyuk, eomma menginginkan anak gadisnya menikah dengan Eunhyuk. “Jeongmal? Kenapa mendadak sekali, sejak kapan kalian menjalin hubungan? Seung Won-ah, kenapa kau tidak pernah cerita pada eomma?” Tanya eomma bertubi-tubi.
“Eomma, tenanglah. Kau bertanya seperti itu membuatku takut.”
“Mianhae!”
“Kami sudah menjalin hubungan sejak 3 bulan lalu.”
“Bukankah itu . . .”
“Ne.” Seung Won langsung memotongnya. “Itu saat aku berlibur di rumah ahjussi. Minggu depan kami akan menikah!”
“Mwo?” ucap eomma dan Eunhyuk bersamaan.
“Seung Won-ah . . .!” ucap Eunhyuk yang sedikit keberatan dengan keputusan Seung Won. Tapi Seung Won hanya memberikan tanda dengan memelototi Eunhyuk, sehingga membuat Eunhyuk diam.
“Seung Won-ah, tentu saja eomma merestui kalian. Tapi kenapa secepat ini? Minggu depan? Untuk mempersiapkan pernikahan saja tidak cukup.”
“Tidak perlu mewah eomma, yang penting pernikahan kami sah secara agama dan terdaftar di catatan sipil.” Jawab Seung Won cepat.
“Baiklah, eomma akan mempersiapkan segalanya.”
“Eomma, kami pergi dulu!”
“Mau kemana?”
“Cari udara segar.” Seung Won langsung menarik tangan Eunhyuk.
Taman Kota
“Seung Won-ah, wae?” Eunhyuk menatap Seung Won meminta jawaban.
“Ini kan yang kau inginkan. Aku sudah mengabulkannya.”
“Apa maksudmu?”
“Kau ingin menikah denganku, maka dari itu kau menghamiliku.”
“Seung Won-ah, kau tidak mengerti. Aku sudah . . . sudah . . .”
“Sudah . . .?!” Seung Won mengulang perkataan Eunhyuk yang menggantung. “Sudahlah, yang penting aku tidak akan malu lagi karena hamil tidak mempunyai suami.” Mereka saling diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Akhirnya hari pernikahan tiba, dengan segala sesuatu yang serba mendadak mereka hanya mengundang teman-teman terdekat mereka saja. Dan tidak ada pesta resepsi pernikahan. Seung Won memakai gaun pengantin berwarna putih dan Eunhyuk menggunakan tuxedo berwarna putih pula. Seung Won berjalan menuju altar didampingi sang appa. Appa memberikan tangan Seung Won untuk digamit Eunhyuk. “Jaga anakku baik-baik!” pesan appa sebelum sebelum meninggalkan altar. Eunhyuk hanya mengangguk mengerti. Setelah mengucapkan janji pernikahan, pastor menyatakan kini kami resmi sebagai pasangan suami istri.
Selesai acara penikahan, mereka sekeluarga berkumpul di rumah Seung Won.
“Seung Won-ah, bagaimana bisa kalian behubungan tanpa kami ketahui?” ucap Park ahjussi.
“Ne ahjussi, aku hanya ingin memberi kalian kejutan.” Jawab Eunhyuk sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Sepertinya kalian sudah lelah, istirahatlah!” perintah eomma Seung Won. Seung Won dan Eunhyuk beranjak untuk masuk kamar mereka.
“Eunhyuk-ah, jangan terburu-buru. Kalian masih lelah.” Ucap ahjussi dan disambung tawa anggota keluarga yang lain. Seung Won hanya mendengus kesal dengan candaan ahjussinya sementara Eunhyuk hanya tersenyum karena malu.
Seung Won POV
Aku menaiki tangga rumahku menuju lantai 2, tempat dimana kamarku berada. Dan Eunhyuk berjalan mengikuti dari belakang. Kami masuk kedalam kamar yang sudah dihias sedemikian rupa.
“Sepertinya, mereka benar-benar mempersiapkannya.” Komentar Eunhyuk saat masuk kamarku, bukan mulai saat ini akan menjadi kamar kami. Eunhyuk berjalan masuk kedalam dan langsung merebahkan dirinya di tempat tidur. Dia langsung menutup matanya. “Aku lelah sekali.” Ucapnya langsung terlelap. Aku menatapnya yang sudah tertidur. Tadinya aku tidak akan mengijinkannya tidur di tempat tidurku, tapi melihat wajah innocentnya yang sedang tertidur aku tidak tega. Akupun merasa lelah dan ingin tidur, tapi untuk merilekskan badanku. Kuputuskan untuk mandi dulu.
Selesai mandi, ternyata Eunhyuk masih tidur. Aku duduk di sofa yang mengarah langsung ke tempat tidur. Kutatap Eunhyuk yang sedang tertidur dan tanganku mengelus-ngelus perutku. Aku tersenyum, karena aku masih tidak percaya ada makhluk hidup di dalam perutku. Dan makhluk itu harus aku lindungi sepenuh hatiku.
Kurasakan sesuatu menutupi tubuhku, aku ingin sekali membuka mata. Tapi rasanya berat sekali karena rasa lelah yang kurasakan, jadi kuputuskan untuk melanjutkan tidurku.
Bounce to you, Bounce to you nae gaseumeun neol
hyanghae japhil sudo eobseul mankeum ttwigo inneungeol.
Break it Down to you, Down to you nae gaseumi neo,
neol gatji motandamyeon meomchul georanda (nal barabwara)
Aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara music. Kucari sumber suara itu, ternyata dari handphone Eunhyuk. Kuraih handphone Eunhyuk yang memang tidak jauh dari tempatku. Kulihat layar hanphonenya, disitu tertera nama Min Jee. Langsung kuangkat telponnya.
“Yoboseyo?”
“Yoboseyo? Mianhae, ini dengan siapa?”
“Harusnya aku yang bertanya, ini dengan siapa?”
“Aku Min Jee. Ini benarkan telpon Eunhyuk?”
“Ne, tapi sepertinya dia sedang keluar. Mau titip pesan padanya?”
“Suruh dia hubungi aku!”
“Ne.” aku langsung memutuskan sambungan telponnya.
“Kenapa aku ada disini?” tanyaku pada diri sendiri. Karena aku baru tersadar, sekarang aku sudah tidak di sofa lagi. Melainkan di tempat tidurku sendiri.
“Kau sudah bangun?” tiba-tiba Eunhyuk masuk sambil membawa makanan dan segelas susu.
“Kenapa aku bisa ada disini?”
“Aku yang memindahkanmu, aku tidak mau anakku tidur dengan posisi tidak nyaman seperti tadi. Jadi aku memindahkanmu ke tempat tidur. Ini makanlah!” jelas Eunhyuk dan kini dia sudah duduk dihadapanku. “Jam makan malam sudah lewat, aku tidak mau membangunkanmu karena sepertinya kau sangat lelah.”
“Gomawo! Tadi ada seorang perempuan menelponmu, namanya Min Jee. Dia bilang, kau harus menghubunginya kembali.” Kulihat ekspresinya yang langsung berubah.
“Gomawo.” Ucap Eunhyuk dingin dan langsung mengambil handphonenya dan keluar kamar. Setelah selesai makan, kubawa piring dan gelas bekas makanku menuju dapur. Kulihat eomma ada disana sedang membereskan dapur.
“Eomma!” panggilku, eomma langsung menoleh sambil tersenyum.
“Kau sudah bangun? Kau pasti lelah sekali, karena Eunhyuk bilang kau tidur seperti anak bayi.”
“Mwo?” aku tidak percaya dia mengatakan itu. Tapi jujur saja, saat kulihat dia tertidur akupun berpikiran sama. Hehehehe . . .
Aku berjalan kembali ke kamarku karena aku masih sangat merasa lelah. Sebelum menaiki tangga, kulihat Eunhyuk berada di halaman belakang rumah sedang menelpon. Kulihat dari ekspresinya dia sangat serius, marah, takut dan bingung bercampur aduk. Aku penasaran, siapa yang membuat Eunhyuk seperti itu. Kuputuskan untuk menguping pembicaraannya. Aku bersembunyi di balik pot besar.
“Min Jee-ah, kau harus mengerti posisiku sekarang!” ucap eunhyuk sedikit berteriak. Sepertinya dia memang marah. Min Jee? Bukankah itu yeoja yang menelponnya tadi? “Beri aku waktu, aku harus bertanggung jawab. Lagi pula, selama ini aku tidak pernah mengikrarkan kalau kita berhubungan kan?” apa maksudnya? “Tolong mengertilah, aku tidak pernah . . .” ucapan Eunhyuk terhenti karena mendengar suara pot yang jatuh karena tersenggol olehku. Dia semakin mendekat ke tempatku berada. Aku benar-benar bingung harus bagaimana, lari? Dalam keadaan seperti ini aku pasti terlihat.
“Meong . . .” kutiru suara kucing. Kulihat Eunhyuk tidak perduli lagi dan melanjutkan telponnya. Aku bernapas lega, kuputuskan untuk segera pergi dari tempat itu. Semakin lama aku disana, aku bisa membuat semuanya kacau.
Aku bingung harus melakukan apa, aku berniat untuk tidur. Tapi rasa kantuk itu hilang begitu saja. aku berdiri di balkon kamarku, menghirup udara malam yang cukup menyegarkan tubuhku.
“Sedang apa kau disitu?” sebuah suara mengagetkanku. Tapi aku merasa tidak aneh, karena itu suara Eunhyuk, aku masih asik dengan kegiatanku dan tidak menoleh padanya. Kurasakan kini dia berdiri di sampingku. Aku masih tidak ingin membuka mataku. Aku terlalu malas karena saat kubuka mataku, aku akan melihat wajahnya yang membosankan.
“Min Jee bukan siapa-siapa untukku.” Ucapnya.
“Apa perduliku?” jawabku ketus.
“Meskipun kau tidak perduli, tapi kau adalah istriku. Aku harus menghargai perasaan istriku.”
“Mwo?” aku membelalakan mataku dan menatapnya. “Ingat, kita menikah karena anak ini.” Kutunjuk perutku.
Dia langsung membungkuk dan menatap perutku. “Kau jangan marah-marah seperti itu. Tidak baik untuk perkembangan anak kita.” Ucapnya tersenyum. Entah kenapa, perasaanku saat dia bilang ‘anak kita’, aku merasa hatiku sangat tenang. Kutatap puncak kepalanya, ingin sekali tanganku ini mengelusnya. Tapi saat itu pula, dia bangkit dan tersenyum padaku. “Kau tidurlah, udara malam kurang baik. Kau bisa sakit.” Entah apa yang menggerakkan kakiku, aku langsung menurut padanya dan tertidur. Dia menyelimutiku dan mengambil bantal yang berada di sampingku.
“Kau mau kemana?” tanyaku saat melihatnya menjauh dariku.
“Tentu saja aku mau tidur. Wae?”
“Kau mau tidur dimana?”
“Tentu saja di sofa, kau mau aku tidur di sampingmu? Ani, aku tidak mau mati di tanganmu.” Ucapnya tersenyum dan tidur di sofa. Aku tertawa kecil mendengar leluconnya.
Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi saat aku terbangun. Kulihat Eunhyuk masih tertidur di sofa. Aku turun ke lantai bawah, entahlah tapi aku ingin membuatkan teh untuk suamiku. Hah? Suamiku? Entah apa yang sudah aku pikirkan sehingga aku bisa menganggapnya sebagai suami. Dia memang suamiku di mata agama dan hukum. Tapi di mataku dia hanya seorang ayah dari jabang bayi yang aku kandung. Aku sudah terlanjur membuat teh, jadi kubawa ke kamarku untuk kuberikan pada Eunhyuk.
Saat aku masuk, semua sudah rapi. Tempat tidur yang belum kubereskan tadi kini sudah rapi, Eunhyuk pun sepertinya sudah bangun karena dia tidak ada di sofa. Kutaruh teh yang aku buat di meja riasku. Eunhyuk baru keluar dari kamar mandi.
“Kau sudah mandi?” tanyaku saat melihat rambutnya yang basah. Dia hanya mengangguk. “Sepagi ini?” aku bertanya lagi tidak percaya.
“Ne, cobalah mandi pagi. Rasanya segar sekali! Itu teh untukku?” tanyanya saat melihat cangkir teh yang aku simpan di meja rias tadi.
“Ne, minumlah. Aku akan mencoba saranmu.” Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi.
Saat selesai mandi, aku tidak menemukan Eunhyuk di dalam kamar. Mungkin dia sudah turun ke bawah untuk sarapan. Ternyata benar apa yang dikatakannya, mandi pagi-pagi seperti ini rasanya segar sekali. Setelah berpakaian aku turun ke lantai bawah. Kulihat semua keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan.
“Kau sudah mandi Seung Won-ah?” Tanya eomma.
“Ne, waeyo?”
“Omo . . . baru kali ini kau mandi sepagi ini? Setan apa yang telah merasukimu?”
“Apa maksud eomma?” semua tertawa melihat kekonyolanku.
“Kami sudah menyiapkan rumah untuk kalian sebagai hadiah pernikahan.” Ucap appa. Aku dan Eunhyuk langsung tersedak susu yang sedang kami minum.
“Uhuk . . . uhuk . . .” kami batuk bersamaan.
“Apa maksud appa?” Tanyaku memastikan.
“Kami sudah membeli rumah untuk kalian, mana mungkin kalian hidup dengan kami. Nanti siang kita semua lihat rumahnya.”

TBC

17 tanggapan untuk “Accident Part 2”

  1. waah~~ siapa tuh min jee..(bnr gak??)
    ada feeling buruk nih,, ap mksd eunhyuk dengan “sudah….”
    aah,,onni bqn aq pnsrn!!!!
    eh! bru sdr klo first 😀 wahahahahaha
    part 3.a cepet yaa^0^/

  2. min jee siapa ya? jadi penasaran….. nanti sad end gak onnie? tapi aku tunggu lanjutannya ya. :
    )

    1. Min Jee itu . . .
      jawabannya ada di part selanjut2nya. kekeke . .. mian, eonni lupa Min Jee muncul di part berapa. #author pikun

      Ehm . . . sad or happy ya??? tungguin aja ya, ni ff lumayan panjang lho.

  3. Waaahhh…..
    Saya tgg klanjutnny, chingu.
    Critany kereenn, daebak bwt author.
    Ak ksih 10 jempol *ngacungin jempol bareng bias2ku*
    😀

    1. min jee pacarnya hyuk?? mungkin. kekkeke . ..
      perasaan hyuk sama seung won gimana ya?? terus seung won sendiri udah mulai suka gak ya sama eunhyuk. makanya ikutin terus ceritanya. kekekeke . . .

  4. Akhirnya mereka menikah, mndadak lg.
    Hyuk baek banget si? Prhatian banget ma seungwon. Jd mau dperhatiin kaya gt. Hmm -,-

  5. siapa itu Min Jee? O.o
    kayaknya Seung Won mulai suka sama Eunhyuk XD aaa Eunhyuk nya sabar banget ya disini, sifatnya dewasaaa 😀

Tinggalkan Balasan ke Eyvilyna Hwang『황윤헤♥EvilDKHELF』 Batalkan balasan